Cari Blog Ini

Aku Akan Datang...

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218
"Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari umatku yang berperang membela kebenaran, mereka akan mendapatkan kemenangan hingga datangnya hari kiamat."(HR.MUSLIM)

Kamis, 07 April 2011

Pancasila Tidaklah Sakti, Hanyalah Al Qur’an yang Sakti



Mungkin judul artikel ini terlalu berlebihan, atau bahkan mungkin dianggap sebagai sesuatu yang “berani”. Sebab bangsa Indonesia semenjak pemerintahan Order Baru selalu menyerukan tentang Pancasila Sakti. Dan hubungan Pancasila Sakti ini sangat sakral dengan adanya peristiwa G30S PKI. Tepatnya kemarin saya membaca bagaimana Dr. Soebandrio bersaksi tentang G30S PKI. Beliau menceritakannya dengan apa yang diingat, bagaimana Soeharto benar-benar seorang yang berdarah dingin, seorang yang boleh dibilang digambarkan sebagai seorang pemimpin yang zhalim. Dan ternyata banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan Indonesia seperti sekarang ini yang berasal dari warisan Orde Baru.
Sudah menjadi fakta di seluruh negara di dunia, kalau Islam adalah agama yang paling ditakuti oleh Amerika Serikat dan para sekutunya. Sebab mereka sendiri tahu kekuatan agama ini. Masih ingat di dalam sejarah manusia bagaimana dahsyatnya perang Yarmuk, dan juga bagaimana pasukan Persia ditumbangkan oleh Islam. Waktulah yang membuktikan bahwa memang Islam adalah sebuah kekuatan yang bukan saja bisa mengguncang dunia, tapi juga seluruh otot-otot sendi manusia yang melawannya sudah ketakutan begitu tahu kehebatannya.
Islam di bumi Indonesia adalah salah satunya. Perjuangan kemerdekaan Indonesia bukanlah dari hasil orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. Justru orang-orang yang berjuang untuk Indonesia banyak yang beragama Islam. Dan bahkan ilmu agama mereka boleh dibilang bagus-bagus. Sebagaimana dulu orang-orang barat takut terhadap wahabisme, mereka pun akhirnya mencari orang-orang yang berseberangan dengan wahabisme, hingga muncullah thoriqat-thoriqat di Indonesia.
Dan ketakutan dunia barat terhadap wahabisme ini pun kemudian sampai juga di masa Orde Baru. Bahkan di Orde Baru lebih buruk lagi. Orang-orang wahabi kemudian disekolahkan ke Amerika, sebut saja orang-orang yang ada di Muhammadiyah, dulu mereka sangat bagus dalam masalah bid’ah, syirik, kurafat. Kuburan-kuburan diratakan dengan tanah, sunnah ditegakkan, bahkan boleh dibilang Belanda ketakutan dengan hal ini. Maka dari itulah melalui intervensi Amerika dan sekutunya yang takut terhadap wahabisme, mereka menekan pemerintahan Soeharto yang memang ada dukungan dari blok barat untuk membersihkan para cendekiawan muslim dari wahabisme.
Hasilnya bisa kita lihat sekarang ini. Hampir setiap cendekiawan muslim yang ada di Indonesia berpemahaman liberal. Baik itu dari Muhammadiyah ataupun ormas-ormas lainnya. Sedangkan segelintir orang yang berpemahaman wahabi di Orde Baru, mereka terusir dari Indonesia. Kita bisa lihat bagaimana Abu Bakar Ba’asyir yang terusir dari Indonesia, dan juga beberapa ustadz-ustadz ataupun orang-orang yang sangat vokal terhadap Islam.
Jelas saja mereka terusir atau terisolasi dari Indonesia, sebab mereka kalau dituduh PKI bukanlah PKI. Bangsa Indonesia menganggap bahwa PKI itu orang yang tidak punya agama. Dan itulah pendidikan yang diajarkan dari SD sampai SMA. Namun mereka (para ustadz dan alim) adalah orang yang beragama, tapi mereka berbeda dengan orang-orang yang lain. Selain mereka sangat keras terhadap penyakit TBC (Takhayul, Bid’ah, dan Churafat), mereka juga benar-benar menasehati pemimpin bangsa. Berapa banyak surat yang dilayangkan kepada presiden Soeharto dikatakan anti pemerintah. Berapa banyak orang yang tiba-tiba menghilang setelah mengkritik presiden Soeharto? Tidak lain karena memang untuk mengalahkan orang-orang yang beragama Islam tapi vokal terhadap Soeharto adalah dengan menghilangkannya atau mengusirnya. Sebab secara politik, kalau Soeharto menuduh orang-orang seperti ini sebagai komunis sangat tidak masuk akal. Sebab mereka adalah tokoh-tokoh masyarakat yang mana mereka sangat dikenal agamanya, dan tahu cara pemikirannya. Soeharto tidak mau apa yang sudah ia pegang selama ini (kekuasaan) hilang begitu saja. Inipun penghilangan ataupun pengusiran dilakukan setelah Soeharto memberikan “hadiah” berupa sekolah ke Amerika, kalau yang bersangkutan menolak, maka akan dieksekusi.
Lagi-lagi memang Allah itu Ar Rahmaan. Segala sesuatu telah diatur oleh Dzat Maha Adil ini. Soeharto yang dikenal licik, pembunuh berdarah dingin (sebutan Dr.Soebandrio) akhirnya tumbang oleh alat yang ia gunakan untuk mengkudeta Soekarno. Dalam sejarah negara-negara di dunia, orang yang mengkudeta akan jatuh karena alat kudetanya sendiri. Dulu Soeharto menumbangkan Soekarno dengan militer dan mahasiswa, dan pada tahun 1998 Soeharto pun tumbang karena militer dan mahasiswa. Masih ingat di benak kita bagaimana peristiwa di tahun 1998, para mahasiswa menyerbu gedung DPR/MPR. Dan yang kita heran adalah setelah Soeharto tumbang, masih banyak saja kroni-kroninya yang ingin melindunginya. Mulai dari menyembunyikan aset negara hingga menyimpan sedemikian rupa celah-celah agar tidak dimasuki oleh orang-orang luar terhadap apa yang sudah Soeharto lakukan.
Ketika jaman Orde Baru, Soeharto benar-benar mengajarkan di seluruh pendidikan dasar, menengah, atas hingga sampai perguruan tinggi tentang saktinya Pancasila. Inilah yang akan saya bahas. Saya masih ingat ketika saya duduk di bangku SMA, saya diajarkan tentang saktinya Pancasila, bahwa saat itu Pancasila akan digantikan dengan ideologi komunis, namun ternyata tidak tergoyahkan dan selamat hingga lahirnya Supersemar. Padahal kalau saya lihat Pancasila tidak sakti-sakti amat. Bahkan menurut saya Pancasila adalah thoghut, yang kalau kita menghancurkannya maka kita akan dapat pahala.
Pancasila adalah buatan tangan manusia, bukan buatan Allah. Pancasila juga tidak mencakup hukum-hukum kenegaraan secara luas, tidak mengayomi rakyat, tidak berbuat adil, tidak juga memberikan kejelasan hukum terhadap orang yang dianiaya, namun orang-orang nasionalis yang bodoh menganggap Pancasila itu sakti. Bahkan Pancasila pun tidak bisa dijadikan ruqyah untuk menyembuhkan penyakit atau mengusir jin.
Bagi umat Islam hukum yang paling tinggi adalah Al Qur’an dan As sunnah. Mereka cukup dengan dua hal itu hidup di dunia ini. Tidak memerlukan Undang-undang buatan manusia ataupun seperti Pancasila. Semenjak kecil kenapa kita harus belajar Pancasila? Menghayati Pancasila dan Pedomannya? Begitukah penting pancasila sampai-sampai di sekolah-sekolah setiap mau memulai pelajaran harus semuanya berdiri dan bersama-sama mengucapkan sila dan butir-butirnya? Justru hal yang saya lihat adalah mereka yang setiap di sekolah mengucapkannya, sekarang menjadi orang-orang yang bermental KKN. Kalau memang pancasila itu sakti, maka sekarang Indonesia sudah makmur dengan mengikuti pancasila, tapi yang ada tida seperti itu. Hukum tidak menghukum yang salah, hukum menghukum yang benar. Aparat negara berusaha memperkaya diri sendiri dan menghisap rakyat kecil seperti vampir. Pengangguran makin banyak, peperangan antar suku, budaya, agama, dan juga bencana melanda terus. Munculnya pemimpin zhalim itu adalah karena rakyat sendiri tidak kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah.
Ini adalah kenyataan. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia itu mulai alergi terhadap Islam, bahkan orang-orang yang menyebarkan faham liberal di Indonesia pun tidak menganggap lagi Islam sebagai solusi, tapi sebagai bencana. Coba lihat ketika dibahas ayat tentang hukum potong tangan bagi pencuri, mereka menentangnya habis-habisan. Tetapi ketika membahas tentang wiski mereka sangat bergembira ketika mereka mengatakan wiski itu halal untuk daerah yang berhawa dingin. Dan orang-orang liberal pun semakin liberal, ketika salah satu cendekiawan muslim dan pentolan JIL mengatakan nikah beda agama itu halal (yaitu pernikahan antara wanita muslimah dengan orang kafir). Ini benar-benar adalah bencana. Ini juga adalah imbas dari Orde Baru.
Sebenarnya kalau kita runtut sejarah, Al Qur’an-lah yang benar-benar sakti. Kita lihat saja ayat-ayat-Nya. Semuanya benar dan tidak ada yang salah. Dan apa yang telah difirmankan oleh Allah benar-benar merupakan pelajaran yang tidak akan bisa dibantah oleh manusia. Mereka beranggapan bahwa bencana alam, kehancuran negara, ini karena pemimpin yang zhalim. Bukankah Allah juga berfirman, bahwa Allah tidak akan mengubah suatu kaum kalau kaum itu tidak mau mengubah diri mereka sendiri? Sekarang kita lihat, siapa yang memilih pemimpin itu? Rakyat bukan? Berarti salahkan rakyatnya!!
Apakah rakyatnya mau berubah dari sifat-sifat seperti melakukan takhayul, khurafat, bid’ah? Apakah rakyat juga mau berubah dari KKN? Dan apakah mereka telah menganggap Al Qur’an sebagai pijakan utama dalam masalah hukum dan peribadatan?
Kalau belum maka sudah pasti mereka akan ditimpakan kehinaan di dunia dan di akhirat. Dan itu terjadi di Indonesia, jadi jangan salahkan siapa-siapa selain diri-diri kalian sendiri. Ada yang protes bahwasannya orang-orang seperti saya ini itu orang yang berpandangan picik terhadap masalah negara. Menganggap demokrasi bukanlah pemecahan masalah tapi justru menerima hasil demokrasi, memang saya akui saya bukan orang menerima demokrasi, sebab demokrasi bukan bagian dari Islam. Islam tidak pernah mengajarkan demokrasi. Satu-satunya hal yang diajarkan di Al Qur’an yang jelas adalah pemerintahan berbentuk monarki. Pernah ada pemerintahan berbentuk demokrasi yang diceritakan Al Qur’an? Jawabannya tidak. Namun monarki juga bukanlah solusi sebuah negara yang baik sesuai dengan sunnah, Rasululloh shallallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya mengajarkan bentuk khilafah Islamiyah yang benar. Sebab ini adalah bentuk pemerintahan umat akhir zaman. Seluruh kaum muslimin berada di bawah satu panji “Laailaahaillallah”. Kalau jaman dulu masih berbentuk kerajaan, seperti nabi Sulaiman, Daud, Dzulkifli, atau nabi Yusuf, itu dikarenakan mereka ada di kaumnya, mereka berdakwah untuk kaumnya.
Sekali lagi saya buktikan bahwa Pancasila itu tidak sakti adalah, bahwa Pancasila goyah berkali-kali, bahkan sekarang pun tidak ada orang yang ingat lagi tentang Pancasila. Coba ditanya orang-orang dari tukang becak, penjual nasi, ataupun orang-orang yang duduk di kantoran. Apakah mereka tahu tentang Pancasila dan butir-butirnya? Sedikit sekali yang hafal. Kalau toh hafal, apakah mereka juga menghayatinya? Jawabannya tidak. Inilah bukti bahwa Pancasila itu tidak sakti. Dan kalau toh mereka melanggar norma-norma Pancasila, tak ada beban bagi diri mereka untuk melanggarnya, karena tak ada yang melarang.
Coba dengan Al Qur’an. Ketika seseorang muslim tidak sholat misalnya. Takutkah ia ketika nyawa sudah ada di tenggorokan? Jelas takut. Ketika seorang muslim mau berbuat maksiat, misalnya mencuri, dan ia ingat Al Qur’an, ingat Allah dan adzab-Nya, takutkah ia? Takut tentu saja. Dan saking saktinya Al Qur’an, tiada satupun orang yang berani untuk merubah ayat-ayatnya, coba lihat dari 14 abad lalu sampai sekarang Al Qur’an tidak berubah makhrajnya, hurufnya, jumlah ayatnya, bahkan harokatnya tidak berubah. Sedangkan Pancasila, anda bisa lihat hanya dalam beberapa dekade Pancasila berubah layaknya Injil ataupun Taurat.
Barangsiapa yang menganggap Pancasila adalah sakti dan Al Qur’an itu tidak sakti, maka dia telah terjerumus ke dalam kesyirikan. Dia lebih mempercayai thoghut yang bernama Pancasila, berarti ia lebih menyembah kepada pembuat Pancasila, yaitu Soekarno dan kawan-kawan. Dan ia pun mengikuti jalan orang-orang yang menyebut Pancasila sakti yaitu Soeharto dan kawan-kawan.
Barangsiapa yang menyebut Al Qur’an adalah satu-satunya hukum tertinggi dan tiada hukum yang tertinggi setelahnya, maka ia telah berada di jalan yang benar.

Hukum Memelihara Binatang:

Beliau Ditanya : Apa hukum orang yang mengumpulkan burung-burung dan meletakannya di dalam kandang agar anak-anaknya dapat bermain-main dengannya ?

Maka beliau menjawab : “Tidak ada yang salah dengan hal itu,apabila dia menyiapkan untuknya dari perkara-perkara yang harus (diberikan) dari makanan dan minuman. karena sesungguhnya hukum asal di dalam perkara yang semisal ini adalah halal. dan tidak ada dalil yang menyelisihi (hukum asal) sepengetahuan kami. Wallahu waliyu Taufiq

Sumber : Fatwa Ulama Baladil Harom Hal. 1793

Akan tetapi di fatwa yang lain beliau menambah satu syarat :

“apabila tidak menganggu siapa-siapa, tidak mengganggu tetangganya ataupun selain mereka”