Cari Blog Ini

Aku Akan Datang...

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218
"Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari umatku yang berperang membela kebenaran, mereka akan mendapatkan kemenangan hingga datangnya hari kiamat."(HR.MUSLIM)

Minggu, 03 April 2011

Buku "PERANG SALIB III"

james-reston-perang-salib

James Reston
Perang Salib III Perseteruan dua kesatria: Salahuddin Al-Ayubi dan Richard si Hati Singa
; penerjemah Nadiah Abidin; — Jakarta: Lentera Hati, Cetakan I, November 2007.
Membaca buku Perang Salib III setebal 500 halaman lebih ini, halaman demi halaman yang kita baca, serasa melontarkan kita ke terowongan waktu nun jauh di sana pada abad XII, dengan panggung utama Tanah Suci (Holy Land) di Palestina. Dan, kota Yerusalem sebagai titik sentral bagi aktor-aktor yang berlaga didalamnya. Seakan, kota tua itu sang putri perawan suci yang tengah menantikan pinangan para pangeran. Untuk diperebutkan. Inilah –menurut hemat saya– salah satu buku epos terhebat, terbesar dan termegah di jamannya yang sayang jika pembaca melewatkannya!
Perang dengan segala taktik dan strategi didalamnya antara pihak-pihak yang bertikai menjadi bahasan utama buku ini. Namun demikian, buku karya James Reston yang aslinya berjudul Warrior of God: Richard the Lionheart and Saladin in the Third Crusade ini tak melulu membicarakan perang. Ia juga bicara tentang latar belakang, karakter, kehormatan, harga diri dll bahkan kronik kehidupan diantara tokoh-tokoh utama yang terlibat didalamnya. Sebagaimana beberapa kisah perang lainnya, buku ini juga bicara soal “mengkianati – dikianati” & “intrik – mengintrik” beberapa aktor utama.
Diantara kisah-kisah yang dibicarakan dalam buku ini, saya sangat tertarik dengan kisah tentang diplomasi tingkat tinggi yang ditampilkan dengan gaya tutur James Reston yang enak dan memikat. Saya rasa gaya diplomatik yang diperlihatkan diplomat-diplomat Eropa & Amerika dewasa ini sebagian mengambil warisan dari gaya diplomatik ala Al Malik al-Adil, diplomat ulung era Perang Salib III yang tiada lain adalah saudara laki-laki Salahuddin Al-Ayubi. Sampai-sampai, dikisahkan Raja Inggris Richard the Lionheart amat terkesan padanya dan menawarkan Joanna, saudara perempuan Richard yang juga Ratu Sisilia untuk diperistri. Dalam peperangan, diplomasi kedua pihak yang bertikai dalam kerangka win-win solution amat sangat diperlukan dan dibutuhkan.
Jika pembaca pernah menonton film Kingdom of Heaven dengan sutradara Ridley Scott’s yang diputar di bioskop-bioskop tanah air beberapa waktu silam, film tersebut sesungguhnya adalah fragmen dari buku ini (perlu diketahui bahwa James Reston pernah melayangkan somasi kepada produser film tersebut lantaran kru film tersebut tidak berkonsultasi dan tidak meminta ijinnya. Dalam bahasa aslinya buku Reston terbit tahun 2001 sedangkan film Ridney Scottt’s baru dirilis tahun 2005). Salah satu bab dari buku karya James Reston yang saya bicarakan ini, judulnya: Kingdom of Heaven.
James Reston jujur, jika penaklukan Yerusalem pada 1099 oleh Tentara Salib Pertama pimpinan Godfrey dari Bouillon merupakan aib bagi kalangan Kristen sebaliknya perebutan Yerusalem oleh Tentara Islam pimpinan Salahuddin Al-Ayubi pada 1187 merupakan ‘kisah mutiara’ kaum Muslim. Yang melambungkan nama & citra Islam ke langit paling tinggi.
Pada 1099 Tentara Salib yang berhasil menaklukkan Kota Yerusalem, membantai kurang lebih 40 ribu penduduk muslim kota itu tanpa kecuali termasuk 300 orang Yahudi yang bersembunyi di Sinagoge kota Yerusalem. Sebelum Tentara Salib berangkat ke Palestina, dihampir semua negara Eropa mereka latihan perang. Ironisnya korban latihan perang itu etnis Yahudi yang bukan mati pura-pura namun mati sungguhan. Sampaidikisahkan, bahwa darah yang mengalir dari pembataian kaum muslim saat penaklukan Yerusalem itu tinggnya selutut. Dan kota itu masih berbau darah hingga 6 bukan kemudian.
Bertolak belakang tatkala Tentara Muslim pimpinan Salahudin memasuki Yerusalem hampir sebagian besar penduduk kota itu terselamatkan (dalam film Kingdom of Heaven negoisator dari Tentara Salib diwakili Balian dari Ibelin yang masih muda dan tampan dan diperankan oleh Orlando Bloom. Padahal dalam kenyataannya ia seorang lelaki yang sudah berumur). Episode perebutan Yerusalem ini merupakan buah dari kemenangan gilang gemilang Salahuddin atas Tentara Salib sebelumnya dalam pertempuran akbar ‘Tanduk Hattin’.
Sebelum pengambilalihan Kota Yerusalem, dalam Pertempuran ‘Tanduk Hattin’ yang mengubah segalanya setelah itu, prajurit-prajurit dari kesatria Ordo Templar dan Hospitaler yang sangat fanatik dan menjadi kekuatan inti tentara salib yang menjadi tawanan kesemuanya dieksekusi. Sedangkan ribuan prajurit biasa dimaafkan oleh Shalahuddin Al-Ayubi dan dibiarkan bebas menentukan nasibnya sendiri.
Balian dari Ibelin, tatkala meninggalkan Kota Yerusalem setelah dikalahkan Salahuddin di akhir film Kingdom of Heaven seakan menyesaligenerasi pendahulunya dalam penaklukan Yerusalem pada Perang Salib I. Baginya, Kerajaan Surga yang dijanjikan itu sesungguhnya berada di dalam diri masing-masing orang sendiri: “di hati”. Dalam konteks ini, tatkala Salahuddin merebut Yerusalem dengan kebijakan, kerendahan hati, dan pengendalian dirinya yang kuat sesungguhnya beliau telahmerebut kerajaan surga itu. Idem tito seperti halnya Nabi Muhammad SAW merebut Kota Mekkkah dari kaum kafir kurang lebih 5 abad sebelumnya.
Karena sudah cukup panjang, saya sudahi catatan ini dengan mengutip kata-kata bijak Salahuddin kepada putra beliau, al-Malik az-Zahir, saat perpisahan dengan ayahandanya untuk kembali bertugas sebagai penguasa dari Aleppo: “… Berhati-hatilah atas pertumpahan darah. Jangan percaya pada cara ini karena darah yang telah ditumpahkan tidak akan pernah tidur. Cobalah sentuh hati setiap orang yang berhubungan denganmu dan perhatikan apa yang menjadi keinginan mereka karena engkau hanya ditugaskan oleh Tuhan dan aku untuk menjaga kesejahteraan mereka. Berusahalah merebut hati para amir, para menteri, dan kaum bangsawanmu. Aku menjadi hebat seperti ini karena telah berhasil memenangkan hati orang-orangku dengan kelembutan dan kebaikan. Jangan pernah memelihara permusuhan dengan siapa pun karena kematian bisa menjemput siapa saja. Bersikaplah bijaksana dalam menghadapi orang lain karena Tuhan tidak akan memberi maaf sampai mereka memaafkanmu. Namun, jika itu adalah hubunganmu dengan-Nya, Dia akan memaafkanmu bila bertaubat karena Dia adalah Maha Pengampun“.

Hukum Memelihara Binatang:

Beliau Ditanya : Apa hukum orang yang mengumpulkan burung-burung dan meletakannya di dalam kandang agar anak-anaknya dapat bermain-main dengannya ?

Maka beliau menjawab : “Tidak ada yang salah dengan hal itu,apabila dia menyiapkan untuknya dari perkara-perkara yang harus (diberikan) dari makanan dan minuman. karena sesungguhnya hukum asal di dalam perkara yang semisal ini adalah halal. dan tidak ada dalil yang menyelisihi (hukum asal) sepengetahuan kami. Wallahu waliyu Taufiq

Sumber : Fatwa Ulama Baladil Harom Hal. 1793

Akan tetapi di fatwa yang lain beliau menambah satu syarat :

“apabila tidak menganggu siapa-siapa, tidak mengganggu tetangganya ataupun selain mereka”