Cari Blog Ini

Aku Akan Datang...

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218
"Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari umatku yang berperang membela kebenaran, mereka akan mendapatkan kemenangan hingga datangnya hari kiamat."(HR.MUSLIM)

Kamis, 09 Juni 2011

PANGERAN CHARLES MEMELUK AGAMA ISLAM




Pewaris tahta kerajaan Inggris ini kian menunjukkan cintanya terhadap Islam. Benarkah ia memeluknya?
--------------------------------------------------------------------------

Tentu kabar ini sangat mengejutkan. Pewaris tahta kerajaan Inggris, Pangeran Charles, ditolak pihak Gedung Putih untuk melakukan kunjungan resmi ke Amerika, pertengahan Desember lalu. Alasannya, karena Pangeran Wales ini kerap melontarkan kritik terhadap kebijakan Presiden Amerika Serikat George W. Bush, yang sangat bernafsu menggelar serangan militer ke Irak.

Beberapa hari sebelum mengungkap rencana kunjungannya ke negeri Paman Sam, Charles juga menyurati Perdana Menteri Inggris Tonny Blair. Ia mengecam pedas sikap Blair yang terlalu membebek Bush menyangkut kebijakan atas Irak. Padahal, tindakan Blair tersebut sangat berbahaya dan tak didukung rakyat Inggris, bahkan dikritik oleh sebagian menteri kabinetnya.

Tak jelas bagaimana sikap Charles menanggapi penolakan tersebut. Namun atas sikapnya yang selalu kritis terhadap Bush dan Blair, itu semata lantaran tindakan kedua pemimpin tersebut berpotensi membuyarkan upaya yang telah dirintisnya dengan susah payah selama ini, untuk merangkul kalangan muslim, terutama di Inggris. Asal tahu saja, sudah beberapa tahun – dan lebih lagi pasca peristiwa 11 September 2001, mantan suami mendiang Lady Diana ini sangat getol berinteraksi dengan warga muslim, di tengah sikap dan pandangan miring kalangan Barat terhadap Islam.

Terakhir, Charles hadir dalam festival The Muslim News Awards for Exellence di London, 11 Desember lalu. Acara yang dihadiri 500 pemuka muslim Inggris ini merupakan ajang pemberian 14 penghargaan dalam berbagai kategori, kepada sejumlah tokoh dan perusahaan muslim yang telah memberi kontribusi bagi kehidupan muslim Inggris. Charles sendiri diberi kesempatan menyerahkan tiga penghargaan pertama.

Saat berpidato di sinilah Charles kembali mengungkap kritiknya terhadap kalangan yang selama ini menyamakan Islam dengan terorisme. “Bertahun-tahun saya berjuang membangun toleransi antar penganut agama dan komunitas yang beragam. Dan warga Inggris pun sangat mendukungnya. Namun sayang, masih ada saja yang merusaknya dengan menuduhkan stereotype buruk terhadap agama tertentu. Kini muncul pandangan yang menyamakan Islam dengan terorisme. Setiap orang yang waras pasti mengutuk terorisme, siapapun pelakukanya, dan apapun alasannya,” kata Charles, disambut gemuruh tepuk tangan hadirin.

Charles kemudian mengungkap tradisi kaum sufi muslim, yang salah satunya dikembangkan oleh Jalaluddin Rumi. “Di antara pesan-pesan sufisme adalah ihsan dan ikhlas, sebuah ajaran indah yang sangat saya sukai, sebuah antitesa terhadap kebencian dan anti-toleransi yang ditebarkan para teroris. Saya harap kita semua, baik penganut Kristen, Islam, Yahudi, Hindu, Sikh, bahkan yang atheis sekali pun, mengambil pelajaran dari tradisi sufi ini dengan segala kerendahan hati,” kata Charles lagi.

Boleh dibilang, menyusul peristiwa serangan 11 September, Charles lah pemimpin Barat yang pertama kali mengumandangkan dengan lantang sikap perlindungannya terhadap warga muslim, khususnya di Inggris. Dua minggu kemudian, misalnya, ia langsung mengunjungi sebuah masjid di timur kota London, untuk menenangkan jamaahnya. Saat itu, seperti dilaporkan Ahmed Versi, wartawan Muslim News yang berbasis di Inggris, warga muslim di sana memang sangat dihantui ketakutan, akibat hujatan dan serangan fisik yang dialami pasca peristiwa 11 September.

Bebera hari kemudian, Charles juga menghadiri jamuan makan malam dengan Bakir bin Ladin, saudara pemimpin Al-Qaidah, Usamah bin Ladin. Pertemuan yang dirancang Oxford Centre for Islamic Studies ini untuk membincangkan berbagai hal menyangkut Islam dan nasib umatnya, khususnya di Inggris. Charles adalah pelindung Oxford Centre, sedangkan Bakir dikabarkan kerap mengucurkan bantuan untuk lembaga yang getol mempromosikan toleransi antar agama itu. Keduanya akrab berdiskusi, karena dua bulan sebelumnya, mereka pernah bertemu pada sebuah acara pameran di London. Di sinilah Bakir diperkenalkan kepada Charles oleh seorang pangerang Arab Saudi.

Trauma Muslim Inggris

Maka wajarlah bila Charles kini sangat keki terhadap sikap Blair yang menghamba pada Bush. Sebab, meskipun telah berusaha keras merangkul warga muslim, tetap saja tindakan itu tak mampu menghapus trauma mereka terhadap pandangan miring dan sikap permusuhan Barat, lebih lagi setelah kekuatan militer Amerika menggempur Afghanistan – lalu kini Irak.

Simak saja, misalnya, hasil survey yang dilansir lembaga penelitian ICM, 24 Desember lalu. Survey yang diadakan lewat program 4’s Today radio BBC ini menunjukkan, bahwa 70 persen muslim Inggris menganggap perang melawan teror yang dikumandangkan Amerika dan Barat, sebetulnya adalah perang terhadap Islam. Hampir sepertiga dari responden mengaku pernah mendapat perlakuan kasar menyusul peristiwa 11 September. Sebanyak 84 persen responden mendesak Blair meminta persetujuan parlemen, jika ingin melibatkan Inggris dalam serangan militer ke Irak.

Mayoritas responden juga menganggap pemimpin Barat tak berhak menuding jaringan Al-Qaidah sebagai pelaku serangan 11 September dan ledakan bom Legian, Bali, karena mereka tak pernah menunjukkan bukti yang kuat. Mungkin saking kesalnya atas tuduhan tak berbukti itu, 11 persen responden mengaku sah-sah saja jika Al-Qaidah kemudian menuntut balas dengan menyerang Amerika. Sedangkan 8 persennya membenarkan serangan terhadap Inggris, jika Al-Qaidah mau. “Saya tidak kaget bila mereka menjustifikasi serangan ke Inggris atau Amerika, meskipun saya pikir itu salah,” kata Bashir Maan, tokoh muslim wilayah Glasgow.

Sebagian besar responden juga menilai, bahwa pemimpin dunia yang layak masuk daftar “poros setan”, adalah Bush, Blair dan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon. Israel dikategorikan sebagai negara setan, karena memiliki senjata pemusnah massal, dan jauh lebih berbahaya ketimbang Irak, Iran atau Afghanistan. Menurut responden, sikap ngotot ketiga negara poros setan ini – khususnya Amerika, untuk menggempur Irak meskipun tim inspeksi PBB tak menemukan senjata pemusnah massal, adalah bukti kuat bahwa mereka ingin menghantam negeri muslim.

Charles dan Islam

Itulah yang membuat Charles bersedih, lantaran proyek besarnya ditelikung oleh ambisi busuk “kawan-kawannya” sendiri. Padahal Charles selama ini tak saja mengungkap simpatinya terhadap Islam – dengan meluangkan waktu untuk mempelajari ajarannya, ia pun membentuk sejumlah lembaga kajian Islam. Selain Oxford Centre tadi, ia juga membentuk yayasan Virtual Islamic and Tradition Art (VITA) yang bermarkas di sebuah masjid timur kota London.

Kecintaannya terhadap Islam, mulai terkuak ketika ia berpidato di Oxford Centre for Islamic Studies 27 Oktober 1993, dengan tajuk “Islam dan Barat”. Penganut Anglikan ini mengajak Barat untuk tidak menghakimi Islam sebagai ekstrimis-fundamentalis, barbar dan meminggirkan kaum wanita. Ia mendesak Barat untuk tidak berasumsi bahwa modernitas dan materialisme adalah jalan terbaik menuju peradaban. Menurutnya, Barat justru berhutang banyak terhadap peradaban Islam, yang secara historis pernah menjadi pusat ilmu dan kebijakan. Dan akhirnya, ia mengajak kedua pihak untuk berdiri sejajar dalam kesepahaman dan toleransi, guna menghadapi problem masa depan yang lebih besar.

Pada 13 Desember 1996, Charles tampil lagi pada sebuah seminar yang dihadiri para pakar Timur Tengah di West Sussex, Inggris Selatan, dengan pidato berjudul "Membangun Jembatan antara Islam dan Barat". Ia menganjurkan agar guru-guru muslim semakin banyak dipekerjakan, biar anak-anak Inggris dapat mempelajari nilai-nilai Islam. Menurutnya, meskipun di seluruh dunia orang berlomba belajar bahasa Inggris, namun Barat perlu diajari lagi oleh guru-guru muslim bagaimana menggunakan hati, seperti menggunakan akal. Ia bahkan merekomendasikan program pertukaran guru antara Inggris dan Timur Tengah. Dua hari kemudian pada seminar yang sama, Charles kembali membawakan makalah berjudul “Spiritualitas Islam dan Kemerosotan Barat”. Lagi-lagi ia menganjurkan pemahaman Islam, di tengah ancaman kemerosotan moral dan peradaban Barat.

Masih banyak lagi ungkapan simpati dan ketertarikan Charles kepada Islam dalam berbagai kesempatan. Pada awal November 2001, ketika Amerika menggelar mesin perangnya di Afganistan, Charles berpidato dengan tajuk “Derita Para Pengungsi Afghanistan”, pada acara pengumpulan dana yang digelar warga muslim Inggris di London. Seolah menyindir Amerika, Charles mengatakan bahwa tindak kekerasan adalah buah dari kebodohan dan rasa takut. 23 hari kemudian, Charles kembali berpidato pada acara peresmian London Muslim Centre Project. Berjudul “Teladan Bagi Semua Agama”, lagi-lagi ia menegaskan perlunya agama-agama lain belajar dari Islam.

Boleh jadi kekaguman Charles terhadap Islam ditumbuhkan pula oleh kenyataan yang disaksikan dalam berbagai kunjungannya ke sejumlah negeri muslim. Dalam setahun, ia pernah dua kali berkunjung ke Maroko, Mesir, Bosnia dan Uzbekistan. Charles tak pernah luput melawat masjid dan tempat-tempat ziarah keagamaan. Di Uzbekistan, tak segan ia mengenakan pakaian muslim saat menghadiri prosesi sebuah pernikahan, dan menyimak dengan seksama ketika seorang mufti menerangkan sejarah Al-Qur’an tertua milik khalifah Usman bin Affan dalam kunjungannya ke museum Al-Qur’an. Minat yang sama tampak ketika ia mengunjungi masjid Tashkent dan madrasah Imam Bukhari.

Sebuah kabar burung sempat merebak dan ditulis sejumlah koran Inggris, bahwa Charles memeluk Islam setelah bertemu dengan mufti besar Syaikh Nazim Adil di Syprus. Tak pernah ada komentar dari Charles, sedangkan Syaikh Nazim cuma tersenyum, sambil mengungkap kisah-kisah historis. Bahwa para leluhur dinasti muslim Saljuk, awalnya non muslim. Holagu, anak Jengis Khan, yang memporakporandakan dinasti Abbasiyah di Baghdad, melahirkan keturunan Timur Lenk, yang kerajaan Islamnya, Timuriah, menjadi pusat peradaban. Beberapa dari Wali Sanga di Jawa, juga keturunan raja Majapahit yang Hindu.

Tentu wacana soal muslim atau tidaknya Pangeran Charles tidaklah penting. Yang lebih diperlukan adalah upayanya lebih gigih untuk membangun toleransi antar umat beragama, dan memberikan hak dan kebebasan hidup yang layak bagi warga muslim di Inggris, sebagaimana diberikan kepada warga lain non muslim. Dan tentu, Pangeran, Anda wajib menyadarkan “kawan-kawan” Anda sesama pemimpin Barat, untuk tidak mengumbar stigma buruk terhadap Islam dan umatnya.

Muna Galbia Maulida
Insani-10, Februari 2003

Hukum Memelihara Binatang:

Beliau Ditanya : Apa hukum orang yang mengumpulkan burung-burung dan meletakannya di dalam kandang agar anak-anaknya dapat bermain-main dengannya ?

Maka beliau menjawab : “Tidak ada yang salah dengan hal itu,apabila dia menyiapkan untuknya dari perkara-perkara yang harus (diberikan) dari makanan dan minuman. karena sesungguhnya hukum asal di dalam perkara yang semisal ini adalah halal. dan tidak ada dalil yang menyelisihi (hukum asal) sepengetahuan kami. Wallahu waliyu Taufiq

Sumber : Fatwa Ulama Baladil Harom Hal. 1793

Akan tetapi di fatwa yang lain beliau menambah satu syarat :

“apabila tidak menganggu siapa-siapa, tidak mengganggu tetangganya ataupun selain mereka”