Cari Blog Ini

Aku Akan Datang...

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218
"Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari umatku yang berperang membela kebenaran, mereka akan mendapatkan kemenangan hingga datangnya hari kiamat."(HR.MUSLIM)

Kamis, 09 Juni 2011

Alasan Sesungguhnya Mengapa Amerika Serikat Menyerang Iraq



Amerika Serikat tidak menyerang Iraq untuk minyak. Kenyataannya mereka telah menghabiskan miliaran dolar untuk perang ini dan yang paling banter mereka dapatkan ketika keluar dari Iraq adalah untuk mendapatkan uang mereka kembali. Jadi minyak hanyalah sebagai kompensasi besar saja
.
Yang benar adalah bahwa sama seperti Israel yang menyerang Libanon untuk membuat Hizbullah terlihat seperti pahlawan, Amerika Serikat menyerang Iraq sebenarnya untuk membuat Muqtada al-Sadr sebagai pahlawan Iraq.
Lihatlah, sejak Pemerintah Saddam Hussein dihancurkan oleh Amerika Serikat, Muqtada al-Sadr didudukkan untuk mengambil alih Iraq. Inilah sebabnya mengapa kita melihat bahwa media mainstream(yang dikendalikan oleh orang yang sama yang mengontrol Pemerintah) berbicara tentang menentang perang dan pertentangan itu dikendalikan oleh begitu banyak golongan kiri palsu.
Perang di Afghanistan dibungkam oleh media kiri palsu dan mengatur protes yang mengabaikan Afghanistan, dan hampir seluruhnya berkonsentrasi ke Iraq sebagai gantinya.
Masyarakat dunia juga melihat bagaimana penyiksaan Abu Ghurayb tersebar di semua surat kabar utama dan televisi. Ini adalah surat kabar dan saluran TV yang sama yang telah menyensor 99% kebenaran tentang peristiwa dunia dan menutupi sebagian besar kejahatan Pemerintah barat. Semua orang tiba-tiba tampaknya berbalik melawan perang Iraq.
Selain itu juga melihat bagaimana Pemerintah Amerika Serikat menuduh Iraq memiliki WMDs (Weapon Of Mass Destruction), tapi sampai saat ini tak pernah terbukti.
Semua ini adalah pemerintah yang sama yang telah menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada 11 September. Setelah serangan WTC, Pemerintah Amerika Serikat segera menyalahkan Al-Qaeda, dan Osama bin Laden. Segala cara dilakukan untuk mencoba dan meyakinkan orang bahwa bin Laden bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Tetapi sekali lagi, ketika menyangkut masalah Iraq, hal-hal itu menjadi berbeda. Para politisi Amerika Serikat baru saja keluar dan mengakui bahwa mereka tidak menemukan WMDs, sehingga dengan sengaja dan kebetulan membuat perang tidak populer.
Bush juga menuduh Saddam Hussein terlibat dalam 9/11, tetapi aneh, ia kemudian menyangkalnya. Kenapa dia menyangkal? Jika dia berbohong di fase pertama, mengapa ia tidak terus berbohong? Semua yang terjadi dijadikan untuk memutar balikan fakta. Jika ia tidak punya bukti di fase pertama, mengapa tidak ia terus berbohong tanpa bukti? Atau mungkinkah bahwa dia dengan sengaja ingin dilihat sebagai pembohong, sehingga perang Iraq dan sayap kanan Amerika Serikat akan dilihat sebagai sesuatu yang lebih tidak populer lagi.
Collin Powell mengakui bahwa Iraq sama sekali tidak memili WMDs. Dan pertanyaan yang sebenarnya adalah, mengapa Amerika Serikat khawatir tentang senjata Kimia dan bom Hayati Iraq, ketika justru sebaliknya Iran telah lama diduga membuat bom nuklir?
Sudah tentu senjata nuklir harus menjadi perhatian yang lebih besar. Tapi anehnya Amerika dan media Barat hanya berbalik mata terhadap Iran setelah jelas bagi seluruh dunia bahwa Iraq tidak memiliki WMDs.
Dengan kata lain, jika sekarang Amerika Serikat menuduh Iran membuat WMDs, tidak ada yang percaya karena mereka telah berbohong tentang Iraq.
Tetapi pertanyaan sebenarnya adalah mengapa mereka tidak menyerang Iran sebelum Iraq? Padahal, menurut kabar entah dari mana, Iran konon adalah musuh terbesar Amerika Serikat saat ini terbesar di Timur Tengah, dan sementara Saddam Hussein bekas sekutu Amerika Serikat.
Iran juga merupakan tetangga Afghanistan, sehingga lebih mudah bagi Amerika Serikat untuk memindahkan pasukan dari Iran ke Afghanistan dan begitu pula sebaliknya dari Afghanistan ke Iran.
Sekarang media berlomba-lomba memberitakan kepada masyarakat dunia agar berfikir bahwa Amerika ingin menyerang Iran setelah Iraq. Mungkin dalam hal ini sebenarnya ada sesuatu yang lain. Amerika Serikat tidak menyerang Iran karena mereka sama sekali tidak ingin menyerang Iran.
Seandainya masyarkat dunia masih ingat, mungkin juga akan ingat bahwa ketika pertama Amerika Serikat menyerang Iraq, seorang ulama Syi’ah dengan nama Muqtada al-Sadr muncul, dan mengklaim bahwa rakyat bangkit melawan penjajah dan membebaskan Iraq.
Media tiba-tiba berkonsentrasi pada dirinya, meskipun ia dan pasukannya telah melakukan sangat sedikit usaha dalam memerangi tentara Amerika. Tentara Muqtada al-Sadr, yang ia sebut sebagai “Tentara Mahdi,” terlihat sebagai kekuatan yang serius yang harus diperhitungkan. Mereka dipandang sebagai “Hizbullah” dari Iraq. Kenyatannya, mereka erat bersekutu dengan “Hizbullah” dan mereka selalu memuji Hasan Nasrallah.
Tidak diragukan lagi bahwa Muqtada al-Sadr dimaksudkan untuk menjadi Nasrallah dari Iraq. Dengan kata lain, rencananya bahwa ia akan bangkit melawan Amerika Serikat, dan Amerika Serikat kemudian akan meninggalkan Iraq dengan tiba-tiba. Sadr kemudian akan dianggap sebagai pahlawan dan penyelamat Iraq, dan dengan perginya Saddam Hussein dengan hukuman gantung, Sadr akan mengambil alih Iraq dan akhirnya menyerahkannya kepada Iran. Inilah skenario terburuk yang pernah dibayangkan oleh semua pengamat politik.
Itulah sebabnya mengapa Ayad Allawi berada di urutan pertama yang ditunjuk sebagai Presiden Iraq. Walaupun Allawi dilahirkan dalam sebuah keluarga Syi’ah, ia tidak dipandang sebagai seorang Syi’ah, karena ia tidak mempraktikkan “agamanya” dengan cara apapun. Syi’ah —di Iraq— disebut sebagai agama yang lain, bahkan bukan merupakan sempalan dari Islam. Allawi dilihat hanya sekadar boneka Amerika Serikat, dan ini dilakukan untuk membuat pendudukan Amerika Serikat lebih tidak populer dan meningkatkan dukungan untuk Sadr.
Ini juga yang melatar belakangi mengapa jumlah sesungguhnya tentara Amerika yang tewas di Iraq tidak dilaporkan. Dalam peperangan, pemerintah selalu mengklaim bahwa hanya sedikit sekali tentaranya yang tewas daripada klaim musuh. Namun dalam perang ini, Amerika Serikat melaporan korban tewas seminimal mungkin, tidak seperti yang lainnya. Tentara Rashideen (Jaysharrashedeen, salah satu kelompok nasionalis Islam sebelum perlawanan di Iraq) membuat film dokumenter di mana mereka memberikan gambaran tentang korban tentara Amerika Serikat yang tewas yang tidak dilaporkan. Ketika mereka memfilmkan serangan perlawanan mereka terhadap pasukan Amerika Serikat, media-media mainstream (dan bahkan Al-Jazeera sekalipun) mencoba semua cara yang mereka bisa untuk menutupi kebenaran tentang jumlah orang Amerika yang mati. Sebagai contoh, ada satu serangan di mana Tentara Rashideen sendirian membunuh 4 orang Amerika, namun media barat dan (bahkan) Al-Jazeera mengklaim bahwa hanya 1 tentara yang tewas!
Kelompok-kelompok perlawanan seperti Angkatan Darat Rashideen mengklaim bahwa mereka telah menewaskan lebih dari 30.000 tentara Amerika dan mereka melihat angka yang diberikan oleh Pemerintah Amerika Serikat sebagai sebuah lelucon. Dalam film dokumenter mereka, Tentara Rashideen mengajukan pertanyaan yang menarik; mereka bertanya kepada Bush bagaimana ia menutupi kematian yang begitu banyak? Seperti diketahui, Amerika Serikat mengklaim jumlah tentara Amerika tewas kurang dari 10% dari yang sebenarnya.
Jadi mengapa hal ini terjadi? Dan kenapa juga media mainstreaminternasional tampaknya benar-benar mengabaikan Afghanistan dan hampir tidak pernah menurunkan laporan korban pasukan Amerika di sana? Banyak orang di Barat sebenarnya tidak banyak tahu apa yang terjadi di Afghanistan — itu sebabnya mengapa banyak tentara Amerika sendiri mengatakan bahwa perang di Afghanistan jauh lebih serius dan jauh lebih mematikan daripada perang di Iraq.
Pemerintah Amerika Serikat akhirnya melaporkan jumlah korban yang benar, atau setidaknya mereka harus mengungkapkan lebih dari 10%, tetapi ini hanya dilakukan setelah Sadr muncul. Dengan kata kemunculan Sadr dengan klaim 20 atau 30 ribu tentara Amerika yang tewas akan memberikan stigma dengan keberadaan Pasukan Mahdi yang dipunyai oleh Sadr. Lalu ketika orang-orang di Barat mendengar tentang ini, akan ada keributan dan protes besar. Bush kemudian akan memiliki alasan untuk mundur dari Iraq, membuatnya seolah-olah Sadr dan tentaranya tiba-tiba bangkit dan memperoleh kemenangan yang luar biasa.
Puluhan ribu tentara Amerika Serikat yang telah dibunuh oleh Al-Qaeda (jika ada), Anshar Sunnah, Tentara Rashideen dan kelompok-kelompok perlawanan Sunni lainnya, semua akan dihubungkan dengan Sadr. Dengan kata lain, Sadr dan pasukannya akan bangkit setelah kekalahan kaum Sunni. Kemudian akan segera muncul klaim bahwa “Tentara Mahdi” telah mendapatkan kemenangan yang luar biasa dan telah membunuh ribuan tentara Amerika dalam waktu singkat, walaupun pada kenyataannya hanya ada pertempuran sungguhan yang sangat sedikit.
Namun satu hal yang terjadi di Iraq dan di luar perhitungan Amerika Serikat adalah kaum Muslim Sunni membentuk kelompok-kelompok mereka sendiri yang ternyata jauh lebih kuat daripada tentara Mahdi Sadr, meskipun Tentara Mahdi memiliki banyak anggota.
Dari itu sangatlah jelas, Amerika sadar betul bahwa Sunni akan bangkit, namun kenyataan bahwa kaum ini akan begitu kuat dan mendapatkan begitu banyak dukungan rakyat Iraq, jauh di luar perkiraan mereka. Sunni bahkan berubah menjadi resistensi yang paling besar terhadap kaum asing di Iraq.
Awalnya Amerika Serikat hanya mencoba untuk menghancurkan kelompok perlawanan Sunni, tapi itu sama sekali bukanlah sesuatu yang mudah. Para konspirator yang telah merencanakan perang ini dilanda ketakutan karena jika kaum Sunni berhasil mengalahkan Amerika Serikat maka mereka akan dianggap sebagai pahlawan Iraq dan semua rencana mereka akan berantakan.
Kemudian mata masyarkat dunia melihat bagaimana Pemerintah Iraq telah diubah dan dibuat agar terlihat lebih religius dan ulama Syi’ah masuk dan mengendalikan Pemerintah. Pemerintah baru Iraq kemudian menjadi populer di kalangan Syi’ah di Iraq dan orang-orang kemudian tertarik bergabung dengan “Tentara Nasional Iraq.”
Dalam rangka mendorong lebih banyak orang untuk bergabung dengan Tentara Nasional, Amerika Serikat dan Pemerintah baru Iraq menghajar daerah sipil, membunuh laki-laki, perempuan dan anak-anak, dan kemudian menyalahkan “pemberontak” Sunni. Jangan heran, jika sekarang banyak ulama Sunni yang digantung di Iraq — sesuatu yang pada zaman Saddam Hussein hanya terjadi di negara tetangganya, Iran.
Para ulama Syi’ah seperti “Ayatullah” Ali Sistani dan bahkan Pemerintah Iran mengulangi kebohongan Amerika dan Pemerintah baru Iraq, menuduh apa yang disebut “ekstrimis Sunni” atas serangan terhadap berbagai masjid dan sekolah.
Sistani bahkan menyeru kepada pengikutnya agar bergabung dengan Tentara Nasional untuk melawan “teroris” — yang di kemudian hari berubah menjadi arena balas dendam Syi’ah kepada kaum Sunni.
Tapi walau sedikit dan perlahan, kaum Sunni Iraq juga tidak tinggal diam. Mereka berhasil mengambil alih beberapa lokasi utama di Iraq, termasuk Fallujah.
Para konspirator ingin benar-benar menghancurkan “kelompok perlawanan Sunni” dan mereka tidak mau mengambil risiko sehingga mereka membom Fallujah dan daerah lainnya yang dikuasai oleh kelompok-kelompok perlawanan Sunni tanpa belas kasihan.
Mereka bahkan menggunakan bom kimia ilegal termasuk Fosfor Putih. Bom ini membunuh seluruh masyarakat dan sepenuhnya menghancurkan beberapa daerah. Ribuan warga sipil Sunni tewas dalam pemboman yang dimaksudkan untuk benar-benar menghabisi perlawanan Sunni dan melapangkan jalan untuk “tentara Mahdi Muqtada al-Sadr.”
Tapi bukannya musnah, para pejuang Sunni bergerak di bawah tanah, seperti yang dijelaskan oleh pemimpin al-Jaysh-Raashideen (salah satu kelompok perjuangan). Dia menyatakan bahwa setelah banyak diserang, kaum pejuang justru menjadi lebih kuat, dan musuh mereka sulit menemukan mereka karena tidak mengetahui keberadaan mereka, sementara kelompok pejuang itu tahu di mana Amerika berada.
Perlawanan Sunni terus berlanjut dan Sadr dipaksa untuk mengatakan kepada pasukannya untuk menghentikan memerangi Amerika, dan inilah sebabnya: jika kita mempelajari semua hal yang dilakukan oleh Muqtada al-Sadr, kita akan melihat bahwa ia telah terus-menerus berseru kepada pengikutnya untuk berhenti melawan pendudukan asing. Setiap kali pasukannya masuk ke dalam pertempuran dengan Amerika atau Inggris atau Pemerintah, ia segera meminta gencatan senjata.
Sebagian besar pengikutnya tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dia benar-benar mengatakan kepada mereka untuk menghentikan pertempuran karena ia ingin Amerika untuk menyingkirkan perlawanan Sunni dahulu.
Namun itu tidak cukup baginya untuk meyakinkan para pengikutnya untuk tidak melawan pendudukan. Muqtada al-Sadr bahkan menyerukan sesuatu yang lebih “gila” lagi yaitu membantu pendudukan! Kali ini dengan ‘cover’ (kedok) besar memerangi Al-Qa’idah. Karena sekarang ini Pemerintah Iraq diserahkan kepada golongan Syi’ah, sehingga Sadr bisa mengklaim bahwa ia membela “Muslim” dari “Nasibis” (”Nasibi” adalah istilah yang digunakan kaum Syi’ah melawan Sunni kapan saja mereka ingin memerangi mereka).
“Tentara Mahdi” Muqtada al-Sadr kemudian bekerja sama dengan Tentara Nasional Iraq, melawan kelompok perlawanan Sunni! Mereka bahkan melindungi pasukan Inggris di Basrah seperti yang dilaporkan oleh Peter Oborne dalam film dokumenternya — Iraq Reckoning.
Jadi “perjuangan” macam mana sesungguhnya mereka ini??? Jika sebagian besar melihat orang-orang ini dalam 3 atau 4 tahun terakhir, Anda akan ta’jub melihat bahwa media mainstreammasih mencoba untuk menggambarkan mereka sebagai “perlawanan atau perjuangan” dan bagaimana Muqtada al-Sadr berbicara besar seolah-olah ia adalah musuh utama Amerika Serikat, padahal pada kenyataannya ia telah membantu pendudukan pasukan asing.
Anehnya, Muqtada al-Sadr tidak pernah bisa memutuskan apakah ia mendukung Pemerintah Baru Iraq atau tidak. Suatu hari ia bergabung dengan pasukan mereka, pada hari berikutnya ia berbicara besar tentang menjatuhkan Pemerintah.
Alasan mengapa ia terlihat begitu konyol sekarang adalah bahwa ia telah menunggu terlalu lama, dan ini karena Amerika telah gagal menghancurkan perlawanan Sunni. Muqtada dimaksudkan sebagai pahlawan agama anti-pemerintah anti-pendudukan, tapi tindakannya telah terbukti sebaliknya.
Saat ini, tampaknya Muqtada masih menunggu waktu yang pas dimana kekuatan yang mengendalikannya menyuruhnya bangkit melawan pendudukan asing. Sekarang pemerintah Syi’ah telah diterapkan di Iraq, kecuali bahwa para pembesar Syi’ah tidak ingin terlihat seperti boneka Amerika, maka mereka akan terus menjaga Sadr.
Selama beberapa tahun terakhir ini banyak kelompok-kelompok perjuangan Sunni telah sadar siapa sebenarnya Sadr. Sebagian orang bahkan menemukan bukti bahwa anak buahnya bekerja diam-diam dengan Amerika. Kelompok-kelompok perlawanan Sunni seperti Anshar-Sunnah dan Jaysha Abi Bakar telah ditangkap dan dieksekusi oleh komrad-komrad Muqtada al-Sadr.
Baru-baru ini Sadr berusaha untuk memenangkan dukungan dengan berpura-pura menjadi seorang nasionalis dan menggambarkan dirinya sebagai lawan Iran. Tapi satupun tidak ada yang benar akan ini. Iran adalah pemasok besar senjata kepada Sadr, dan Iran bahkan mengirim orang ke Iraq untuk bergabung dengan tentara “Mahdi” dan juga brigade Badr yang “pro-Amerika.” Perlawanan kelompok Anshar Sunnah Sunni pernah menangkap seorang anggota pasukan Sadr yang berasal dari Iran setelah pertempuran dan mengalahkan sekelompok pejuang dari tentara “Mahdi.” Sandera Iran bahkan diberi peralatan oleh Iran dan dikirim ke Iraq oleh Pemerintah Iran sendiri.
Siapa Muqtada Al-Sadr?
Muqtada al-Sadr lahir pada 12 Agustus 1973. Selama ini, ia menyebut dirinya sendiri sebagai seorang teolog dan pemimpin politik Iraq.
Ia meraih popularitas di kalangan warga Iraq setelah kejatuhan pemerintah Saddam Hussein oleh invasi Amerika tahun 2003, ia juga populer karena status ayahnya, Ayatullah Kazem al-Haeri, seorang Syi’ah yang pada zaman Saddam diisolasi.
Sejak awal al-Sadr jelas ingin menciptakan teokrasi Islam di Iraq, dan pada kesempatan lain, ia menyatakan bahwa ia ingin menciptakan sebuah demokrasi “Islam” di Iraq.
Dalam khutbah dan wawancara publiknya, al-Sadr berulang kali menuntut penarikan semua pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat, semua pasukan asing di bawah kendali PBB, dan pembentukan pemerintah Iraq yang baru , yang steril dari partai Ba’ath atau Allawi. Ia menyatakan pemerintahan Allawi tidak sah, dan ia menolak untuk bekerja sama dengan mereka, namun penolakan itu terus berubah-ubah tergantung pada keberhasilan dari negosiasi dengan pemerintah interim.
Hubungannya Dengan Syi’ah
Al-Sadr mencanangkan pemerintah Iraq yang didominasi Syi’ah, seperti Iran. Al-Sadr dengan gegabah mengganti sebuah kota di Baghdad dengan namanya, Sadr City. Sebelumnya disebut Saddam City. Setelah jatuhnya pemerintah Saddam pada tahun 2003, al-Sadr mengorganisasi ribuan pendukungnya menjadi gerakan politik, yang mencakup sayap militer yang dikenal sebagai al-Mahdi Jaysh atau Tentara Mahdi. Pemilihan nama Mahdi sudah jelas dilatarbelakangi keyakinan Syi’ah yang lekat. — (sa/islamicawakening/m3©201007)
Terungkap Dokumen Rencana Rahasia Syi’ah Di Negara Islam
Para penganut Syi’ah di Karbala, Irak, menggelar pawai peringatan pertempuran Karbala. Syi’ah diketahui memiliki program kerja yang telah dirancang untuk puluhan tahun guna menyebarkan ideologi mereka.
DOKUMEN RAHASIA sekte agama Syi’ah, tentang misi jangka panjang mereka (50 tahun), untuk menegakkan kembali dinasti Persia yang telah runtuh oleh Islam berabad-abad lamanya, sekaligus membumi-hanguskan negara-negara Ahlus Sunnah, musuh bebuyutan mereka. Dokumen ini disebarkan oleh Ikatan Ahlus Sunnah di Iran, begitu pula majalah-majalah di berbagai negara Ahlus Sunnah (ISLAM), termasuk di antaranya Majalah al-Bayan, edisi 123, Maret 1998.
Karena naskah yang tersebar adalah naskah dalam bahasa arab, maka kami terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, agar orang yang tidak mampu berbahasa arab pun bisa memahami isi naskah tersebut.
Sekarang dipersilahkan Anda membaca terjemahannya:
((Bila kita tidak mampu untuk mengusung revolusi ini ke negara-negara tetangga yang muslim, tidak diragukan lagi yang terjadi adalah sebaliknya, peradaban mereka -yang telah tercemar budaya barat- akan menyerang dan menguasai kita.
Alhamdulillah, —berkat anugerah Allah dan pengorbanan para pengikut imam yang pemberani— berdirilah sekarang di Iran, Negara Syi’ah Itsna Asyariyyah (syi’ah pengikut 12 imam), setelah perjuangan berabad-abad lamanya. Oleh karena itu, —atas dasar petunjuk para pimpinan syi’ah yang mulia— kita mengemban amanat yang berat dan bahaya, yakni: menggulirkan revolusi.
Kita harus akui, bahwa pemerintahan kita adalah pemerintahan yang berasaskan madzhab syi’ah, disamping tugasnya melindungi kemerdekaan negara dan hak-hak rakyatnya. Maka wajib bagi kita untuk menjadikan pengguliran revolusi sebagai target yang paling utama.
Akan tetapi, karena melihat perkembangan dunia saat ini dengan aturan Undang-Undang antar negaranya, tidak mungkin bagi kita, untuk menggulirkan revolusi ini, bahkan bisa jadi hal itu mendatangkan resiko besar yang bisa membahayakan kelangsungan kita.
Karena alasan ini, maka —setelah mengadakan tiga pertemuan, dan menghasilkan keputusan, yang disepakati oleh hampir seluruh anggota—, kami menyusun strategi jangka panjang 50 tahun, yang terdiri dari 5 tahapan, setiap tahapan berjangka 10 tahun, yang bertujuan untuk menggulirkan revolusi islam ini, ke seluruh negara-negara tetangga, dan menyatukan kembali dunia Islam (dengan men-syi’ah-kannya).
Karena bahaya yang kita hadapi dari para pemimpin Wahabiah dan mereka yang berpaham ahlus sunnah, jauh lebih besar dibandingkan bahaya yang datang dari manapun juga, baik dari timur maupun barat, karena orang-orang Wahabi dan Ahlus Sunnah selalu menentang pergerakan kita. Merekalah musuh utama Wilayatul Fakih dan para imam yang ma’shum, bahkan mereka beranggapan bahwa menjadikan faham syi’ah sebagai landasan negara, adalah hal yang bertentangan dengan agama dan adat, dengan begitu berarti mereka telah memecah dunia Islam menjadi dua kubu yang saling bermusuhan.
Atas dasar ini:
Kita harus menambah kekuatan di daerah-daerah berpenduduk Ahlus Sunnah di Iran, khususnya kota-kota perbatasan. Kita harus menambah masjid-masjid dan husainiyyat kita di sana, disamping menambah volume dan keseriusan dalam pengadaan acara-acara peringatan ritual syi’ah.
Kita juga harus menciptakan iklim yang kondusif, di kota-kota yang dihuni oleh 90 – 100 persen penduduk Ahlus Sunnah, agar kita bisa mengirim dalam jumlah besar kader-kader syi’ah dari berbagai kota dan desa pedalaman, ke daerah-daerah tersebut, untuk selamanya tinggal, kerja, dan bisnis di sana.
Dan merupakan kewajiban negara dan instansinya, untuk memberikan perlindungan langsung kepada mereka yang diutus untuk menempati daerah itu, dengan tujuan agar dengan berlalunya waktu, mereka bisa merebut jabatan pegawai di berbagai kantor, pusat pendidikan dan layanan umum, yang masih di pegang oleh kaum Ahlus Sunnah.
Strategi yang kami buat untuk pengguliran revolusi ini, -tidak seperti anggapan banyak kalangan- akan membuahkan hasil, tanpa adanya kericuhan, pertumpahan darah, atau bahkan perlawanan dari kekuatan terbesar dunia. Sungguh dana besar yang kita habiskan untuk mendanai misi ini, tak akan hilang tanpa timbal-balik.
Teori Memperkuat Pilar-pilar Negara:
Kita tahu, bahwa kunci utama untuk menguatkan pilar-pilar setiap negara, dan perlindungan terhadap rakyatnya, berada pada tiga asas utama:
Pertama: Kekuatan yang dimiliki oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
Kedua: Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ulama dan penelitinya.
Ketiga: Ekonomi yang terfokus pada kelompok pengusaha pemilik modal.
Apabila kita mampu menggoncang pemerintahan, dengan cara memunculkan perseteruan antara ulama dan penguasanya, atau memecah konsentrasi para pemilik modal di negara itu, dengan menarik modalnya ke negara kita atau negara lain, tak diragukan lagi, kita telah menciptakan keberhasilan yang gemilang dan menarik perhatian dunia, karena kita telah meruntuhkan tiga pilar tersebut.
Adapun rakyat jelata setiap negara, yang berjumlah rata-rata 70 – 80 persen, mereka hanyalah pengikut hukum dan kekuatan yang menguasainya. Mereka disibukkan oleh tuntutan hidupnya, untuk mencari rizqi, makan dan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, mereka akan membela siapa pun yang sedang berkuasa. Dan untuk mencapai atap setiap rumah, kita harus menaiki tangga utamanya.
Tetangga-tetangga kita dari kaum Ahlus Sunnah dan Wahabi adalah: Turki, Irak, Afghanistan, Pakistan, dan banyak negara kecil di pinggiran selatan, serta gerbangnya negara teluk persia, yang tampak seakan negara-negara yang bersatu, padahal sebenarnya berpecah-belah. Daerah-daerah ini, adalah kawasan yang sangat penting sekali, baik di masa lalu, maupun di masa-masa yang akan datang. Ia juga ibarat kerongkongan dunia di bidang minyak bumi. Tidak ada di muka bumi ini kawasan yang lebih sensitif melebihinya. Para penguasa di kawasan ini memiliki taraf hidup yang tinggi, karena penjualan minyak buminya.
Kategori Penduduk di Kawasan Ini
Penduduk di kawasan ini terbagi dalam tiga golongan:
Pertama: Penduduk baduwi dan padang pasir, yang telah ada sejak beratus-ratus tahun lalu.
Kedua: Pendatang yang hijrah dari berbagai pulau dan pelabuhan, yang telah hijrah sejak zaman pemerintahan Syah Isma’il as-Shofawi, dan terus berlangsung hingga zamannya Nadirsyah Afsyar, Karim Khan Zind, Raja al-Qojar, dan keluarga al-Bahlawi. Dan telah banyak perjalanan hijrah dari waktu ke waktu, sejak mulainya revolusi Islam.
Ketiga: Mereka yang berasal dari negara arab lainnya, dan kota-kota pedalaman Iran.
Adapun lahan bisnis, perusahaan ekspor impor dan kontraktor, biasanya dikuasai oleh selain penduduk asli. Sedangkan penduduk asli, kebanyakan mereka hidup dari menyewakan lahan dan jual-beli tanah. Mengenai para keluarga penguasa, biasanya mereka hidup dari gaji pokok penjualan minyak buminya.
Adapun kerusakan masyarakat, budaya, banyaknya praktik yang menyimpang dari islam, itu sangat jelas terlihat. Karena mayoritas penduduk negara-negara ini, telah larut dalam kenikmatan dunia, kefasikan dan perbuatan keji. Banyak dari mereka yang mulai membeli perumahan, saham perusahaan, dan menyimpan modal usahanya di Eropa dan Amerika, khususnya di Jepang, Inggris, Swedia, dan Swiss, karena kekhawatiran mereka akan runtuhnya negara mereka di masa-masa mendatang. Sesungguhnya dengan menguasai negara-negara ini, berarti kita telah menguasai setengah dunia.
Beberapa Tahapan Dalam Menggulirkan Revolusi Ini
Untuk menjalankan misi panjang 50 tahun ini, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah: memperbaiki hubungan kita dengan negara-negara tetangga, dan harus ada hubungan yang kuat dan sikap saling menghormati, antara kita dengan mereka. Bahkan kita juga harus memperbaiki hubungan kita dengan Irak, setelah perang berakhir dan Sadam Husein jatuh, karena menjatuhkan seribu kawan itu lebih ringan, dibanding menjatuhkan satu lawan.
Dengan adanya hubungan politik, ekonomi dan budaya antara kita dengan mereka, tentunya akan masuk sekelompok kader dari Iran ke negara-negara ini, sehingga memungkinkan kita untuk mengirim para duta secara resmi, yang pada hakekatnya adalah pelaksana program revolusi ini, selanjutnya kita akan tentukan misi khusus mereka saat menugaskan dan mengirimkannya.
Janganlah kita beranggapan bahwa 50 tahun adalah waktu yang panjang, karena kesuksesan langkah kita ini benar-benar membutuhkan perencanaan yang berkelanjutan hingga 20 tahun. Sungguh tersebarnya paham syi’ah, yang kita rasakan di banyak negara saat ini, bukanlah buah dari perencanaan 1 atau 2 hari.
Dulunya kita tidak memiliki seorang pun pegawai di negara manapun, apalagi kader dengan jabatan menteri, wakil negara dan presiden. Bahkan dulunya banyak kelompok, seperti Wahabiyah, Syafi’iyah, Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanbaliyah, memandang kita sebagai kelompok yang murtad dari Islam, sehingga pengikut mereka telah berkali-kali mengadakan pemusnahan kaum syi’ah secara massal. Memang benar kita tidak merasakan pahitnya hari-hari itu, tetapi nenek moyang kita pernah merasakannya. Kehidupan kita hari ini adalah buah dari gagasan, pemikiran dan langkah mereka. Mungkin juga kita tidak akan hidup di masa depan, akan tetapi revolusi dan madzhab kita akan tetap ada.
Untuk menunaikan misi ini, tidaklah cukup hanya dengan mengorbankan hidup, atau apapun yang paling berharga sekalipun, akan tetapi juga membutuhkan pemrograman yang telah matang dikaji.
Harus ada perencanaan untuk masa depan, walaupun untuk 500 tahun ke depan, apalagi hanya 50 tahun saja. Karena kita adalah pewaris berjuta-juta syuhada’, yang gugur di tangan syaithan-syaithan yang mengaku muslim, darah mereka terus mengalir dalam sejarah, sejak meninggalnya Rasul hingga hari ini. Dan cucuran darah itu tidak akan kering, sehingga setiap orang yang mengaku muslim, meyakini hak Ali dan keluarga Rasulullah, mengakui kesalahan nenek moyang mereka, dan mengakui syi’ah sebagai pewaris utama ajaran Islam.
Beberapa Tahapan Penting Dalam Perjalanan Misi Ini
Tahap Pertama (sepuluh tahun pertama):
Kita tidak ada masalah dalam menyebarkan madzhab syi’ah di Afghanistan, Pakistan, Turki, Iran dan Bahrain. Karena itu, kita akan menjadikan tahapan sepuluh tahun kedua, sebagai tahapan pertama di 5 negara ini.
Sedangkan tugas para duta kita di belahan negara lain adalah tiga hal:
Pertama: Membeli lahan tanah, perumahan dan perhotelan.
Kedua: Menyediakan lapangan pekerjaan, kebutuhan hidup dan fasilitasnya kepada para pengikut paham syi’ah, agar mereka mau hidup di rumah yang dibeli, sehingga bertambah banyak jumlah penduduk yang sepaham dengan kita.
Ketiga: Membangun jaringan dan relasi yang kuat dengan para pemodal di pasar dagang, dengan para pegawai kantor, khususnya mereka yang menjabat sebagai kepala tinggi, dengan tokoh publik dan dengan siapapun yang memiliki hak keputusan penuh di berbagai instansi negara.
Di sebagian negara-negara ini, ada beberapa daerah, yang sedang dalam proyek pengembangan, bahkan di sana ada rencana proyek pengembangan untuk puluhan desa, kampung, dan kota kecil lainnya. Tugas wajib para duta yang kita kirim adalah membeli sebanyak mungkin rumah di desa itu, untuk kemudian dijual dengan harga yang pantas kepada orang yang mau menjual hak miliknya di pusat kota. Sehingga dengan langkah ini, kota yang padat penduduknya bisa kita rebut dari tangan mereka.
Tahap Kedua (sepuluh tahun kedua):
Kita harus mendorong masyarakat syi’ah untuk menghormati Undang-Undang, taat kepada para pelaksana Undang-Undang dan pegawai negara, serta berusaha mendapatkan surat ijin resmi untuk berbagai acara ritual syi’ah, pendirian masjid, dan husainiyyat. Karena surat ijin resmi tersebut, akan kita ajukan sebagai tanda bukti resmi di masa-masa mendatang untuk mengadakan berbagai acara dengan bebas.
Kita juga harus berkonsentrasi pada kawasan yang tinggi tingkat kepadatan penduduknya, untuk kita jadikan sebagai tempat diskusi tentang masalah-masalah (syi’ah) yang sangat sensitif.
Para duta syi’ah, -pada dua tahapan ini- diharuskan untuk mendapatkan kewarganegaraan dari negara yang ditempatinya, dengan memanfaatkan relasi atau hadiah yang sangat berharga sekalipun. Mereka juga harus mendorong para kadernya agar menjadi pegawai negeri, dan segera masuk —khususnya— dalam barisan militer negara.
Pada pertengahan tahap kedua: Harus dihembuskan -secara rahasia dan tidak langsung- isu bahwa ulama Ahlus Sunnah dan Wahabiah adalah penyebab kerusakan di masyarakat, dan berbagai praktek menyimpang syariat yang banyak terjadi di negara itu. Yaitu melalui selebaran-selebaran yang berisi kritikan, dengan mengatas-namakan sebagian badan keagamaan atau tokoh Ahlus Sunnah dari negara lain. Tak diragukan lagi, ini akan memprovokasi sejumlah besar rakyat negara itu, sehingga pada akhirnya mereka akan menangkap pimpinan agama atau figur Ahlus Sunnah yang dituduh itu, atau kemungkinan lain; rakyat negara itu akan menolak isi selebaran itu, dan para ulamanya akan membantahnya dengan sekuat tenaga. Dan setelah itu kita munculkan banyak huru hara, yang akan berakibat pada diberhentikannya penanggung jawab masalah itu, atau digantikannya dengan staf yang baru.
Langkah ini, akan menyebabkan buruknya kepercayaan pemerintah kepada seluruh ulama di negaranya, sehingga menjadikan mereka tidak bisa menyebarkan agama, membangun masjid dan pusat pendidikan agama. Selanjutnya pemerintah akan menganggap seluruh ajakan yang berbau agama sebagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan negara.
Ditambah lagi, akan berkembang rasa benci dan saling menjauh antara penguasa dengan ulama di negara itu, sehingga Ahlus Sunnah dan Wahabiyah akan kehilangan pelindung mereka dari dalam, padahal tidak mungkin ada orang yang melindungi mereka dari luar.
Tahap Ketiga (sepuluh tahun ketiga):
Pada tahap ini, telah terbangun jaringan yang kuat, antara duta-duta kita dengan para pemilik modal dan pegawai atasan, diantara mereka juga banyak yang telah masuk dalam barisan militer dan jajaran pemerintahan, yang bekerja dengan penuh ketenangan dan hati-hati, tanpa ikut campur dalam urusan agama, sehingga kepercayaan penguasa lebih meningkat lagi dari sebelumnya.
Pada tahapan ini, di saat berkembangnya perseteruan, perpecahan, dan iklim yang memanas antara penguasa dengan ulama, maka diharuskan kepada sebagian ulama terkemuka syi’ah yang telah menjadi penduduk negara itu, untuk mensosialisasikan keberpihakan mereka kepada penguasa negara itu, khususnya pada musim-musim ritual keagamaan (syi’ah), sekaligus menampakkan bahwa syi’ah adalah aliran yang tak membahayakan pemerintahan mereka. Apabila situasi memungkinkan mereka untuk bersosialisasi melalui media informasi yang ada, maka janganlah ragu-ragu memanfaatkannya untuk menarik perhatian para penguasa, sehingga mereka senang dan menempatkan kader kita pada jabatan pemerintahan, dengan tanpa ada rasa takut atau cemas dari mereka.
Pada tahapan ini, dengan adanya perubahan yang terjadi di banyak pelabuhan, pulau, dan kota lainnya di negara kita, ditambah dengan devisa perbankan kita yang terus meningkat, kita akan merencanakan langkah-langkah untuk menjatuhkan perekonomian negara-negara tetangga. Tentu saja para pemilik modal dengan alasan keuntungan, keamanan dan stabilitas ekonomi, akan mengirimkan seluruh rekening mereka ke negara kita; dan ketika kita memberikan kebebasan kepada semua orang, dalam menjalankan seluruh kegiatan ekonominya, dan pengelolaan rekening banknya di negara kita, tentunya negara mereka akan menyambut rakyat kita, atau bahkan memberikan kemudahan dalam kerjasama ekonomi.
Tahap Keempat (sepuluh tahun keempat):
Pada tahap ini, telah terhampar di depan kita fenomena; dimana banyak negara yang para penguasa dan ulamanya saling bermusuhan, pebisnis yang hampir bangkrut dan lari, serta masyarakat yang tak aman, sehingga siap menjual hak miliknya dengan separo harga sekalipun, agar mereka bisa pindah ke daerah yang aman.
Di saat terjadinya kegentingan inilah, para duta kita akan menjadi pelindung bagi hukum dan para penguasanya. Apabila para duta itu bekerja dengan sungguh-sungguh, tentunya mereka akan mendapatkan jabatan terpenting dalam pemerintahan dan kemiliteran, sehingga dapat mempersempit jurang pemisah antara para pemilik perusahaan yang ada dengan para penguasa.
Keadaan seperti ini, memungkinkan kita untuk menuduh mereka yang bekerja dengan tulus untuk penguasa sebagai para penghianat negara, dan ini akan menyebabkan diberhentikannya mereka atau bahkan diusir dan diganti dengan kader kita.
Langkah ini akan membuahkan dua keuntungan, pertama: Pengikut kita akan mendapat kepercayaan yang lebih baik dari sebelumnya. Kedua: Kebencian ahlus sunnah akan semakin meningkat, karena meningkatnya kekuatan syi’ah di berbagai instansi negara. Ini akan mendorong ahlus sunnah untuk meningkatkan langkah menentang penguasa. Di saat seperti itu, kader-kader kita harus bersanding membela penguasa, dan mengajak masyarakat untuk berdamai dan tetap tenang. Dan pada saat yang bersamaan, mereka akan membeli kembali rumah dan barang yang semula akan mereka tinggalkan.
Tahap Kelima (sepuluh tahun terakhir):
Pada sepuluh tahun kelima, tentunya iklim dunia telah siap menerima revolusi, karena kita telah mengambil tiga pilar utama dari mereka, yang meliputi: keamanan dan ketenangan dan kenyamanan. Sedangkan pemerintahan yang berkuasa, akan menjadi seperti kapal ditengah badai dan nyaris tenggelam, sehingga menerima semua masukan yang akan menyelamatkan jiwanya.
Di saat seperti ini, kita akan memberikan masukan melalui beberapa tokoh penting dan terkenal, untuk membentuk himpunan rakyat dalam rangka memperbaiki keadaan negara, dan kita akan membantu penguasa untuk mengawasi berbagai instansi dan mengamankan negara. Tak diragukan lagi, tentunya mereka akan menerima usulan itu, sehingga para kader pilihan kita akan mendapatkan hampir keseluruhan kursi di dalamnya. Kenyataan ini tentu akan menyebabkan larinya para pengusaha, ulama dan pegawai setia pemerintahan, sehingga kita akan dapat menggulirkan revolusi islam kita, ke berbagai negara, tanpa menimbulkan peperangan atau pertumpahan darah.
Seandainya, pada sepuluh tahun terakhir, rencana ini tidak membuahkan hasil, kita tetap bisa mengadakan revolusi rakyat dan merebut kekuasaan dari tangan penguasa.
Apabila penganut syi’ah adalah penduduk, penghuni dan rakyat negara itu, maka berarti kita telah menunaikan kewajiban, yang bisa kita pertanggung-jawabkan di depan Allah, agama, dan madzhab kita. Bukan tujuan kita untuk mengantarkan seseorang kepada tampuk pimpinan, tetapi tujuan kita hanyalah menggulirkan revolusi, sehingga kita mampu mengangkat bendera kemenangan agama tuhan ini, dan menampakkan nilai-nilai kita di seluruh negara. Selanjutnya kita mampu maju melawan dunia kafir dengan kekuatan yang lebih besar, dan menghias alam dengan cahaya Islam dan ajaran syi’ah, sampai datangnya imam Mahdi yang dinantikan.))
—selesai sudah naskah misi revolusi itu—
Lihatlah wahai para pembaca… betapa busuknya rencana mereka… betapa besarnya kebencian mereka terhadap Ahlus Sunnah… Kita sekarang tahu bahwa Syi’ah bukanlah sekedar aliran faham biasa, akan tetapi ia sekarang berubah menjadi aliran pergerakan politik yang bisa merongrong eksistensi negara.. Lihatlah bagaimana mereka merencanakan pengguliran revolusi sedikit demi sedikit, bagaimana mereka menjadikan dutanya sebagai alat penyebar aliran, sekaligus alat politiknya.
Subhanallah… semoga Allah menyelamatkan kita semua dalam naungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah (ISLAM) dari tipu daya mereka.
Allah SWT berfirman:
Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS 3 Aali ‘Imran, ayat 54)
Semoga tulisan ini bisa menyadarkan mereka yang menyuarakan, perlunya pendekatan antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah.
Sungguh mengherankan, adakah yang masih mengharapkan kebaikan dari kaum yang selalu berbohong atas Allah dan RasulNya… Adakah yang masih ingin membangun kerukunan dengan kaum yang meyakini bahwa Al-Qur’an sudah tidak orisinil lagi… Adakah yang masih mengharapkan bersanding dengan kaum yang mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan seluruh Sahabat Rasul, kecuali tiga saja (Salman al-Farisy, Miqdad dan Abu Dzar)… Adakah yang masih berprasangka baik kepada kaum yang menuduh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama hidupnya telah berzina dengan Aisyah… Adakah Ahlus Sunnah yang masih menganggap baik kaum yang telah membunuh ratusan bahkan ribuan ulama Ahlus Sunnah di Iran dan negara lainnya… Adakah Ahlus Sunnah yang masih toleran dengan kaum yang tidak mengizinkan satu pun  masjid Ahlus Sunnah di Teheran Ibu kota Iran…. Sungguh tidak pernah habis rasa heran ini melihat kenyataan yang ada di lapangan…
Mungkin banyak di antara kita yang tidak melihat bukti nyata dari omongan diatas… mungkin ada yang mengatakan bahwa fakta di atas adalah sebatas tuduhan yang tidak beralasan… tapi ingatlah bahwa di antara inti ajaran kaum Syi’ah adalah TAKIYAH, yaitu: membohongi publik untuk keselamatan diri… ingatlah bahwa bohong semacam itu dalam aqidah mereka adalah amalan ibadah yang berpahala… Ingatlah hadits palsu yang selalu mereka gembar-gemborkan: “Tidak punya agama, siapa pun yang tidak menerapkan takyiah.”
Ternyata selama ini, kita tidak melihat kejanggalan yang ada pada mereka, disebabkan takiyah (baca: kebohongan) mereka kepada kita… Ternyata selama ini tidak terlihat perbedaan yang mendasar antara kita dan mereka, karena tabir tebal yang mereka gunakan untuk menutupi kebusukan bathin… Tapi itulah, sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh juga… Selincah-lincah kuda berlari pasti akan terpeleset juga… Inilah di antara bukti semerbaknya bau busuk mereka…
Alhamdulillah.. awwalan wa aakhiron berkat Allah Azza wa Jalla terbuka juga misi rahasia jangka panjang mereka…
Subhanakallahumma wa bihamdika… wa tabaarakasmuk wa ta’ala jadduk… wa laa ilaaha ghoiruk… Aamien.
— (m3©201007)

Insya Allah bersambung ….

Hukum Memelihara Binatang:

Beliau Ditanya : Apa hukum orang yang mengumpulkan burung-burung dan meletakannya di dalam kandang agar anak-anaknya dapat bermain-main dengannya ?

Maka beliau menjawab : “Tidak ada yang salah dengan hal itu,apabila dia menyiapkan untuknya dari perkara-perkara yang harus (diberikan) dari makanan dan minuman. karena sesungguhnya hukum asal di dalam perkara yang semisal ini adalah halal. dan tidak ada dalil yang menyelisihi (hukum asal) sepengetahuan kami. Wallahu waliyu Taufiq

Sumber : Fatwa Ulama Baladil Harom Hal. 1793

Akan tetapi di fatwa yang lain beliau menambah satu syarat :

“apabila tidak menganggu siapa-siapa, tidak mengganggu tetangganya ataupun selain mereka”