Rabu, 30 Maret 2011 10:34:24
Hits: 4710
Sepuluh tahun Perang Salib Baru
Ahad, 16 September 2001 bertepatan dengan 28/6/1422 Hijriyyah. Presiden AS kala itu, George Walker Bush menyatakan: This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time. “Ini adalah perang salib. Ini adalah perang melawan terorisme yang akan memakan waktu lama.”
Robert Fisk, Jurnalis senior The Independent London & ahli masalah Timur Tengah mengomentari peryataan Bush kala itu : “Nampaknya Presiden Bush benar-benar yakin bahwa dia tengah memimpin Perang Salib. Beberapa hari yang lalu dia menggunakan istilah ini meskipun dia telah diingatkan.”
Syekh Usamah bin Ladin mengatakan : “Bukankah Bush telah mengatakan: Sesungguhnya perang ini adalah perang salib. Dan bukankah ia juga mengatakan: Sesungguhnya perang ini akan memakan waktu yang sangat lama dan menargetkan 60 negara. Bukankah negara-negara Islam itu kurang lebih 60 negara?”
Kurang lebih sepuluh tahun perang salib baru ini berlangsung, dipimpin oleh AS dan sekutu-sekutunya, koalisi yahudi dan nasrani beserta antek-anteknya di seluruh dunia dengan dalih perang melawan terorisme (war on terrorism). Sayangnya, umat Islam banyak yang tidak menyadari dan tidak faham harus bersikap apa. Mereka juga tidak mengerti hakikat perang salib baru tersebut hingga terjadinya serangan AS dan sekutunya ke Libya saat ini.
Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin menyamakan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang membolehkan penyerangan atas Libya dengan perang salib pada abad pertengahan. Menurut Putin, meskipun Khaddafi, Presiden Libya, gagal menjalankan demokrasi tidak berarti itu menjadi justifikasi intervensi militer atas Libya. Hal ini disampaikan Putin saat berbicara dengan para pekerja di sebuah pabrik rudal Rusia (21/3/2011).
“(Resolusi) itu membolehkan segalanya. Itu serupa dengan seruan Perang Salib pada zaman pertengahan.”
Rusia sendiri yang memiliki hak veto di DK PBB memilih abstain dalam pemungutan suara saat itu yang akhirnya mengeluarkan resolusi yang mengesahkan zona larangan terbang serta semua tindakan lain yang diperlukan atas Libya.
Perang salib baru yang sudah sepuluh tahun berjalan akhirnya digelorakan kembali oleh pimpinannya saat ini, Barack “Fir’aun” Obama, dengan digelarnya operasi besar-besaran untuk membunuh umat Islam dan kaum Muslimin di Libya, dengan nama sandi operasi “Odyssey Dawn”.
Hakikat Perang Salib
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil dalam bukunya “Wajah Dunia Islam” menyatakan bahwa dinamakan perang salib karena tentara-tentara kristen menjadikan salib sebagai simbol obsesi suci mereka dan meletakkannya di pundak mereka masing-masing. Urbanus II, Paus pada masa itu, memasang salib di atas lengan para sukarelawan sebagai tanda bahwa perang ini adalah perang suci.
Istilah Crusader berasal dari bahasa latin crux yang berarti kayu salib. Padanannya adalah shalibiyyun dari bahasa Arab shalib yang juga berarti kayu salib. Kedua istilah ini menunjukkan simbol Cross atau kayu salib yang mendasari perang salib yang kemudian dikenal dengan istilah Crusade.
Dr Muhammad Sayyid Al-Wakil mengatakan, penyebab utama meletusnya perang salib adalah kedengkian orang-orang kristen kepada Islam dan umat Islam karena umat Islam berhasil merebut wilayah-wilayah strategis yang tadinya mereka kuasai, membebaskan seorang budak yang mereka tawan dan mengambil kerajaan yang tadinya mereka genggam.
Carole Hillenbrand dalam “Perang Salib” mengatakan Perang Salib, menurut sudut pandang Barat, merupakan serangkaian operasi militer-paling sedikit terdiri atas delapan babak-yang didorong oleh keinginan kaum kristen Eropa untuk menjadikan tempat-tempat suci umat kristen dan terutama Yerusalem masuk ke dalam wilayah perlindungan mereka. Bagi pihak Barat, Perang Salib dimulai tahun 1095, ketika Paus Urbanus II menyerukan maklumat perang sucinya yang terkenal.
Sejak saat itu berlakulah perang salib yang berlangsung selama kira-kira dua abad (490 -669 H/1096 -1270 M). Kemenangan silih berganti antara kaum salib dan umat Islam. Pasukan salib pernah menulis surat kepada Paus mengucapkan selamat atas perbuatan mereka dan berkata : “Jika Paus ingin tahu apa yang kami lakukan terhadap musuh-musuh kami, maka percayalah bahwa di Haikal (istana) Sulaiman dan rumah ibadahnya kuda-kuda kami berjalan di lautan darah kaum Muslimin hingga sampai lututnya, demikian penuturan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah sebagaimana dikutip oleh Al Wakil.
Fakta-Fakta Perang Salib Baru
As Sahab Media, telah mengeluarkan video berjudul Results of 7 Years of The Crusade yang kemudian diterjemahkan oleh Al Fajr Media menjadi Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib. Dalam buku tersebut, Syekh Aiman Ash Zhawahiri mengatakan :
“Kami menghadapi perang salib dan para pemerintah murtad yang menjadi antek mereka. Perang salib ini menyerang agama, akhlak, kekayaan dan keberadaan kita. Jika kita tidak memahami fakta sederhana dan berbahaya ini, maka kita tidak bisa meningkatkan serangan sampai pada tingkatan yang semestinya untuk menghadapi perang salib yang akan datang yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Islam sebelumnya. Perang ini adalah perang yang kotor, yang menggunakan semua cara untuk melayani kekaisaran salibis dan yahudi penolong mereka. Dalam perang ini, semua cara dihalalkan, walaupun itu hal yang rendah, hina, keji. Bukan itu saja, bahkan mungkin mempublikasikannya atas nama agama, moral, kebebasan dan HAM.”
AS dan sekutu-sekutunya,terutama Inggris dan Perancis membombardir Libya dengan menggunakan tameng resolusi DK PBB. Selain itu, operasi Odyssey Dawn mengatasnamakan rakyat sipil Libya dan para “pejuang” yang anti rezim Khaddafi. Faktanya, serangan AS dan sekutunya membunuhi rakyat sipil, kaum Muslimin di Libya.
Diserangnya Libya oleh AS dan sekutunya memperluas peta perang salib baru. Sebelumnya, sejumlah negara-negara Islam telah menjadi sasaran nyata kebuasan perang salib baru, seperti Afghanistan, Iraq, Pakistan, Chechnya, Al Jazair, Palestina, dan Somalia. Negara-negara Muslim lainnya menyusul untuk dibombardir, sebagaimana ancaman Menteri Luar Negeri Perancis, Juppe Allen.
Perancis, negara sekutu dan anggota NATO ini merupakan negara terdepan dalam perang salib baru, setelah AS dan Inggris. Negara ini (Perancis) sudah terkenal kebenciannya kepada Islam dan kaum Muslimin. Undang-undang Perancis melarang kaum Muslimah di Perancis untuk mengenakan burqa (cadar).
Dalam sebuah konferensi pers, Kamis (24/3/2011), Juppe Allen, mengancam kaum Muslimin di Arab Saudi dan Suriah akan dibombardir dari udara sebagaimana Libya, lapor Al Jazeera. Allen mengatakan bahwa perang salib di Libya harus menjadi contoh bagi Arab Saudi, Suriah dan negara-negara lain. Ia menekankan bahwa serangan terhadap Libya bisa berlangsung selama berhari-hari, berminggu, tapi tidak berbulan-bulan.
Serangan AS dan sekutunya ke Libya, dan peryataan kementrian luar negeri Perancis, Juppe Allen menunjukkan aliansi pasukan perang salib baru telah mendeklarasikan perang salib baru secara massive dan mengancam siapapun untuk bersama mereka atau akan mereka perangi. Tidak ada lagi hukum internasional, PBB, Liga Arab, OKI, Non Blok, melainkan hanya ada aliansi pasukan perang salib baru di satu sisi, dan Islam serta kaum Muslimin di sisi yang lain.
Gulingkan Khaddafi, Tegakkan Syariat Islam
Tidak bisa dipungkiri, diantara gerakan-gerakan Islam di dunia yang mampu menggoncangkan dan menakutkan aliansi pasukan salib baru adalah Al Qaeda. Amerika sendiri mencap Al Qaeda sebagai organisasi teroris, karena Al Qaeda betul-betul mampu menghancurkan Amerika dan menebar teror di tengah-tengah rakyat Amerika yang saat ini sebagai satu-satunya negara super power dunia.
Syekh Usamah bin Ladin, pemimpin tertinggi Al Qaeda bersumpah : “Demi jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, yang mengangkat langit tanpa tiang. Sungguh, janganlah Amerika dan orang-orang yang berada di dalamnya bermimpi untuk hidup tenang hingga saudara-saudara kami yang berada di Palestina dapat hidup tenang.”
Apa yang harus dilakukan umat Islam menghadapi perang salib baru? Pimpinan Al Qaeda Libya, Syekh Abu Yahya Al-Libi menyerukan kepada umat Islam di Libya untuk menggulingkan rezim Khaddafi dan mendirikan pemerintahan Islam. Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh Ummah News mengutip Associated Press.
Beliau mengatakan dalam video terbarunya bahwa setelah jatuhnya rezim di Tunisia dan Mesir, kini giliran Khaddafi yang harus turun, saat pejuang pemberontakan menekan hampir selama satu bulan untuk sebuah kampanye pengusiran Khaddafi.
Beliau menyebut pemerintah nasional otokratis Arab-musuh Islam-mempraktekkan jenis terburuk dari penindasan dengan dukungan Barat dan telah gagal mengambil pelajaran dari sejarah, ujarnya.
“Sekarang giliran Khadaffi setelah ia membuat rakyat Libya menderita selama lebih dari 40 tahun,” lanjut Syekh Abu Yahya, menambahkan bahwa itu akan membuat malu rakyat Libya jika tiran diizinkan untuk mati secara damai.
Sebelumnya, Abdel Hakim al-Hasidi, pemimpin pemberontak Libya mengakui hubungannya dengan Al Qaeda. Beliau mengatakan jihadis yang berjuang melawan tentara sekutu di Irak berada di garis depan pertempuran melawan rezim murtad Muammad Khaddafi.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Il Sole 24 Ore, al-Hasidi mengakui bahwa ia telah merekrut “sekitar 25″ orang-orang dari daerah Derna di Libya timur untuk memerangi pasukan koalisi di Irak. Beberapa dari mereka, katanya, adalah “hari ini di garis depan dalam Adjabiya”.
Dalam Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib Baru, disebutkan bahwa perang melawan barat mengharuskan untuk perang melawan Negara murtad. DR. Abdullah An Nafisi menyebutkan: “Saya yakin bahwa rezim Saudi sekarang menjadi tongkat pemukul di tangan Amerika, tidak terkecuali. Ini bukan rezim sendiri, tapi ini kepanjangan tangan Amerika dalam menguasai Kawasan Teluk. Dan jika kita serang pengaruh Amerika dengan kekuatan, baik melalui perlawanan atau dengan cara yang mereka sebut “Teror”, maka saya yakin bahwa rezim ini akan segera jatuh.”
Syekh Abu Yahya Al-Liby mengatakan mengusir rezim Arab yang didukung Barat merupakan “satu langkah untuk mencapai setiap tujuan Muslim yang ingin membuat firman Allah sebagai yang tertinggi” dan mendirikan pemerintahan Islam. Beliau juga mendesak untuk tidak lagi melihat ke negara-negara Barat, tidak untuk mencari bantuan ke mereka dan pergi dengan cara sendiri. “Kita harus menyingkirkan rasa rendah diri kita dan membebaskan diri dari Barat,” tutupnya.
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Rabu, 25 Robi’ul Akhir 1432 H/30 Maret 2011 M
Ar Rahmah Media Network