Cari Blog Ini

Aku Akan Datang...

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah 2:218
"Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari umatku yang berperang membela kebenaran, mereka akan mendapatkan kemenangan hingga datangnya hari kiamat."(HR.MUSLIM)

Senin, 09 Mei 2011

Untuk Saudara Yang Ingin Berjihad

Dengan Nama ALLAH Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang..


Saudaraku,
hargailah semangat jihadmu itu, kerana itulah yang akan menjadi pendorongmu untuk menjejaki jalan Para Nabi dan syuhada. Cara menghargai semangat jihad ialah menjauhkan diri daripada perkara2 yang melalaikan kerana ia dapat menghilangkan semangat jihad. Sesungguhnya, Para Nabi dan orang-orang yang mati syahid itu tidak mengabaikan pedang (jihad fi sabilillah). Saya dapati, tiada seorang pun dalam dunia ini yang dijamin syurga, sekalipun dia itu seorang wali, ulama, abid yang masyhur, berserban besar, mempunyai pengikut dan anak murid yang ramai.. banyak kisah-kisah tentang wali dan ulama yang masyhur dan dihormati seluruh penduduk bumi, tapi tempatnya di akhirat kelak ialah neraka. Namun, orang yang mati syahid, dijamin syurga asalkan dia menunaikan semua hutangnya, dan berjihad dengan niat ikhlas yakni tujuan utamanya ialah untuk menegakkan kalimah ALLAH, bukan kerana dunia. Sekiranya cukup 2 syarat ini, maka wajiblah syurga bagi orang yang mati syahid itu.

Saudaraku,
Saya dapati tiada amalan yang paling istimewa dalam Islam yang dapat menandingi amalan jihad fi sabilillah. Jihadlah amalan paling terbaik dan paling diredhoi ALLAH. Banyak dalil2 mengenai perintah jihad dan kelebihannya, tidak ada amalan lain selain jihad yang mempunyai kelebihan sebegini.

Saudaraku,
Saya dapati, tiada kematian yang lebih baik melainkan mati ketika berjihad yakni mati syahid. Orang yang mati syahid itu diberikan pelbagai keistimewaan di dunia dan akhirat. Para Penghuni syurga tidak dapat keistimewaan seperti keistimewaan yang diberikan kepada orang2 yg mati syahid.

Saudaraku,
Saya dapati, ALLAH dan Rasul mencela orang2 yang tidak berasa ingin berperang, apatah lagi orang yang enggan berperang ketika seruan jihad telah sampai. Terlalu banyak dalil2 yang mencela orang yang mengabaikan jihad.

Saudaraku,
Saya dapati, orang yang berjihad di medan perang ini hanyalah orang yang sedikit, terlalul ramai orang yang lalai dan mabuk dalam cinta dunia takut mati. Ini menguatkan lagi keyakinan kita bahawa jihadlah jalan ke syurga kerana itulah sedikit sekali orang yang menelusurinya.


Wahai para Nabi! Berilah perangsang/ semangat jihad/ dorongan kepada orang-orang beriman untuk berperang! Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, nescaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu, nescaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, kerana orang2 kafir itu adalah kaum yang tidak mengerti (Surah Al-Anfal: 65)
SAUDARAKU,
Kita takkan dapat berjihad selagi kita masih bergelumang dengan orang-orang yang lalai dan leka dengan dunia. Jika kita bergelumang dengan mereka, kita akan lalai dan hilang tumpuan kepada jihad dan persiapan jihad. Oleh itu, biarlah hanya jasad kita yang berada sekitar manusia yang lalai dari jihad, namun hati kita teguh dengan semangat jihad yang tak berkurangan. Meskipun semangat jihad ini bergantung kepada iman, jika iman meningkat, semangat jihad meningkat, begitu juga sebaliknya.

Kita takkan mampu berjihad secara seorang diri, melainkan bagi orang yang benar-benar mantap. Oleh itu, kita perlu 1)bersatu beramai-ramai. 2)membina kekuatan bersama(tarbiah), dan 3)bergerak bersama, insyaALLAH kita sampai ke bumi jihad.

sumber: klik di sini

Rabu, 04 Mei 2011

Sumpah Syaikh Usamah bin Ladin:

 
Syaikh Usamah bin Ladin telah bersumpah di pegunungan Afganistan-Pakistan, Sumpah yang di tujukan untuk mengutuk Amerika dan untuk kebebasan Palestina. Berikut ini sumpahnya:

"Saya Bersumpah Demi Allah Yang Maha Agung, Mengangkat Langit Tanpa Tiang:
Amerika dan orang-orang yang hidup di Amerika

Benarkah Usamah bin Ladin telah tewas?

Dunia, khususnya dunia Islam terkejut tentang kabar duka cita tentang kematian seorang Pejuang Jihad Islam, yakni Syaikh Usamah bin Ladin (Osama bin Laden). Muncul pertanyaan tentang "Benarkah Kematian Usamah bin Ladin itu?", beberapa orang mempercayainya dan yang lain tidak.

Ternyata Musuh Amerika (Hanya) Sebuah Jamaah

M. Fachry
Jum'at, 24 September 2010 16:46:59
Hits: 1991
Di Makkah Obama menghentak inspirasiku. Sudah lama saya mendengar silang sengkarut hubungan antara dua kata yakni Amerika dan Alqaeda. Persepsi spontan, kedua kata itu bermusuhan hebat. Amerika sangat memusuhi Alqaeda sebagaimana Alqaeda dengan gigih melawan Amerika. Keduanya sedang bertarung di panggung dunia. Semua orang menyaksikannya.
Saat santai di kamar 108 hotel Tiba Makkah sambil nonton televisi Aljazeera, tiba-tiba muncul sosok Obama sang presiden Amerika memberikan pernyataan di depan pers dunia. Tanggal menunjuk angka 10 September 2010, sehari sebelum peringatan sembilan tahun serangan 11 September 2001. Obama menekankan bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda, bukan agama Islam atau umat Islam.
Karena saya melihat tayangan dalam bahasa Arab, maka sebutan untuk Alqaeda adalah Tandhim, yang dalam bahasa Indonesia biasa digunakan istilah jaringan Alqaeda. Antara kata tandhim dengan jaringan ternyata memiliki konotasi makna yang berbeda. Tandhim bermakna organisasi yang rapi dengan struktur kepemimpinan yang solid sementara jaringan lebih berkonotasi longgar, sekedar saling tukar informasi. Penggunaan istilah tandhim untuk Alqaeda menggugah kesadaran saya, bahwa ternyata musuh Amerika, negara super power nomor wahid, musuhnya hanya sebuah tandhim. Dalam istilah lain, jamaah. Bukan negara atau superpower lain yang sejajar.
Pernyataan ini memang dilontarkan Obama untuk dua tujuan. Pertama, menyindir seruan pendeta Terry Jones yang menyeru untuk melakukan pembakaran Al-Qur’an pada hari peringatan 11 September, sebagai provokasi terhadap masyarakat Amerika agar membenci agama Islam atau umat Islam. Kedua, untuk mengaktualkan terus bahwa setelah sembilan tahun pasca Black September ternyata Alqaeda bukannya terdegradasi dari daftar musuh Amerika karena rapuh, tapi justru Obama tanpa canggung menegaskan bahwa Alqaeda makin eksis sebagai musuh Amerika, bahkan nomor wahid, dan dipandang kian berbahaya.
Siapakah Alqaeda? Sekali lagi, ia hanya sebuah tandhim atau organisasi atau jamaah. Alam bawah sadar saya tersentak, oh ternyata negara superpower tunggal dunia dengan segala cerita kehebatan teknologi tempurnya, musuhnya hanya sekumpulan manusia yang bersatu dalam ikatan jamaah minal muslimin bernama Alqaeda. Mereka seolah makhluq asing yang datang dari dunia lain. Sejenis ‘manusia pra sejarah’ yang hidup di goa-goa dan tidak pernah mau tunduk kepada Taghut dunia, dari bangsa manapun.
Musuh Amerika hanya sebuah organisasi (tandhim atau jamaah) bukan sebentuk negara yang juga super power dengan senjata canggih dan jumlah tentara yang menggentarkan. Tapi hanya organisasi kecil, dengan senjata ala kadarnya, belum punya tank apalagi pesawat. Andalannya hanya AK-47.
Obama sebagai pemimpin dunia baru (new world order) pasca rubuhnya pesaing kuat, Uni Sovyet, sedang mendefinisikan musuhnya. Musuh Amerika didefinisikan hanyalah ‘gerombolan anak-anak kampung dan orang gunung’ yang jauh dari bau peradaban Barat. Mengejutkan, imperium sebesar Amerika yang menepuk dada sebagai polisi dunia ternyata tanpa malu mendefinisikan musuhnya hanya sebuah jamaah kecil. Jelas ini merupakan kekalahan moral yang tak bisa dibantah.
Kalaupun pada akhirnya Amerika menang dalam pertarungan ini, tak ada kebanggaan apapun karena memang Amerika lebih banyak tentaranya, lebih canggih senjatanya, lebih kuat ekonominya dan lebih luas dukungan negara-negara lain. Tapi jika kalah, akan menjadi sebuah ending cerita yang heroik, betapa kelompok kecil mampu menumbangkan kekuatan raksasa, super power dunia.
‘Makhluq Halus’ Bernama Alqaeda
Tak ada yang menyangka, musuh yang paling membuat Amerika panas dingin dan menggigil ketakutan hanyalah sesosok jamaah Alqaeda yang belum punnya kantor, pegawai, apalagi negara. Mereka sejenis manusia nomaden modern yang tidak jelas kewarga-negaraannya. Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Makhluq asing yang tidak jelas suku dan rasnya. Laksana Alien yang datang dari langit menginvasi bumi dalam kisah fiksi ala Hollywood.
Jumlah mereka juga tak banyak, hanya ribuan. Mungkin seribu, sepuluh ribu, seratus ribu atau lebih, tapi yang pasti di bawah satu juta. Susah menebak jumlah mereka, karena mereka memang ‘makhluq halus’ yang tak terdeteksi meski di tengah keramaian. Tak ada kartu identitas apapun yang bisa menunjukkan mereka sebagai warga Alqaeda. Tak ada kartu anggota, KTP apalagi Pasport.
Karenanya hati mereka juga tak tersekat oleh lembaran kartu identitas tertentu. Identitasnya tunggal: Hamba Allah di muka bumi. Allah ciptakan bumi luas, maka mereka maksimalkan untuk berkelana bebas tanpa pernah merasa asing di tanah manapun. Komitmen mereka hanya untuk umat Islam, apapun warna kulitnya.
Mereka disibukkan dengan pengabdian vertikal kepada Allah, sehingga tak sempat memikirkan untuk rebutan dunia dengan sesama manusia. Pandangan mereka lurus menengadah ke langit, sehingga jiwa dan raganya ringan laksana kapas terbang dari satu jengkal ke jengkal bumi yang lain dengan tujuan tunggal: Memastikan pengabdian kepada Allah semata. Hati mereka sudah digantungkan di langit, obsesinya obsesi langit, pikirannya sudah dengan pola langit. Ruhnya sudah di langit, hanya jasadnya yang masih berpijak di bumi. Oleh karenanya, tak ada lagi tersisa keluhan yang bersifat duniawi; soal harta, musibah, cercaan, intimidasi, penyiksaan, pengusiran bahkan pebunuhan. Semua keluhan duniawi yang bagi manusia dunia (karena mereka manusia langit) terasa berat dan bikin stres, bagi mereka menjadi semacam bumbu penyedap atau sejenis alunan tembang manis yang membuat hidup mereka lebih indah.
Mereka konon terdeteksi di pegunungan Afghanistan dan perbatasan Pakistan, ngumpet di goa-goanya ibarat makhluq pra sejarah, hidup dengan perkakas dari batu. Setidaknya itulah gambaran manusia Alqaeda di benak rakyat Amerika. Juga terlihat di Iraq, Cechnya, Somalia bahkan di Palestina. Tapi bisa tiba-tiba muncul di London meledakkan kereta yang menjadi sensasi luar biasa. Nongol di Madrid yang membuat Spanyol panas dingin karena serangannya yang mematikan. Lalu di Mumbai yang berpenampilan sebagai anak ABG penuh gaya tapi dengan percaya diri mengamuk sejadi-jadinya; memuntahkan peluru laksana permainan Playstation. Bahkan selentingan kabar menyebutkan bahwa mereka juga mampir di Jakarta untuk melakukan beberapa gebrakan mematikan, dan memoles Bali dengan kisah lain bukan hanya soal cerita indah pariwisata.
Jadi berapa sesungguhnya jumlah mereka? Jawabannya gampang; wallahu a’lam!. Apakah mereka sejatinya sedikit yang bisa terbang ke sana kemari sesuka hati, ataukah memang sudah beranak-pinak di berbagai negara, kota bahkan desa? Ataukah mereka bisa ganti kulit; kalau di Afghanistan berpostur Afghan, di Amerika berkulit putih, di Somalia berkulit gelap, dan di Indonesia berkulit sawo matang laksana bunglon?.
Entahlahlah, mereka ini jenis makhluk apa. Amerika bingung, NATO bingung, PBB bingung, Anda juga bingung. Saya? Udah duluan bingung!
Alqaeda Mengajukan Diri Sebagai Musuh Amerika
Kita bicara yang pasti-pasti saja. Bahwa mereka disebut oleh Obama sang presiden Amerika sebagai organisasi yang menjadi musuh Amerika. Hebat nih Amerika, menjadikan makhluq ‘halus’ sebagai musuh. Sekelas Nabi Sulaiman as yang bisa berinteraksi dengan dunia lain. Berkomunikasi dengan makhluq yang tak kasat mata.
Fakta ini membuka mata saya, untuk menemukan pelajaran penting dari pertarungan antara teri melawan kakap ini. Tandhim Alqaeda ‘mendaftarkan diri’ sebagai musuh Amerika dengan tidak melengkapi syarat dan ketentuan yang ditetapkan Amerika. ‘Berkas’ yang diajukan asal-asalan, tanpa dilengkapi akte pendirian organisasi, tak dicantumkan nama pengurusnya, wilayah yang telah dikuasai dan daftar senjata yang dimiliki. Amerika awalnya melihat ‘berkas’ yang diajukan Alqaeda dengan sebelah mata. Hampir didiskualifikasi dari daftar musuh Amerika karena dianggap tidak memenuhi syarat dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan ‘pendaftar’ lain, seperti Iran, Kuba, Korea Utara, Rusia, China, Jepang dan lain-lain, seluruh syarat dan ketentuan terpenuhi. Sangat cocok dengan kriteria musuh yang direncanakan Amerika.
Namun ketika masuk pada proses seleksi, semuanya berguguran. Ternyata yang lain hanya ikut-ikutan daftar untuk menjadi musuh Amerika, biar keren. Maklum, kalau kita menjadi musuh dari sosok yang hebat, pasti akan dianggap hebat juga. Pendaftar yang ‘tulus ikhlas’ hanya Alqaeda, oleh karenanya meski secara kriteria tidak masuk, karena ketulusannya dan semangatnya yang sangat kuat untuk menjadi musuh, Amerika akhirnya mengakui juga. Dan tanggal 10 September 2010 kemarin Obama mengumumkan bahwa pendaftar musuh yang lain dinyatakan tidak lulus, dan yang disahkan sebagai musuh yang sesungguhnya adalah Alqaeda.
Serangan WTC 11 September 2001 menjadi tonggak pengakuan Amerika. Mulai saat itu Alqaeda diperhitungkan namun sekian lama Amerika mencoba untuk menganggap remeh dan kecil. Alqaeda hanya diakui bahwa baunya ada tapi tak jelas sosoknya. Namun kini setelah sembilan tahun berlalu Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda sebagai musuh yang nyata, melalui pernyataan Obama tersebut.
Meski selama ini Amerika memerangi Alqaeda, tapi ia mengabaikan eksistensinya. Kini setelah sembilan tahun berlalu, melalui bonekanya di Afghanistan, Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda, meski dengan nama Taliban, karena memang dua nama ini dianggap satu kesatuan. Terbukti, pada tanggal yang sama dengan peryataan Obama, Hamid Karzai – sang boneka – menyeru Taliban untuk mau duduk membicarakan perdamaian. Untuk tujuan ini, Karzai sudah membentuk tim yang khusus untuk memulai melakukan pembicaraan dengan Taliban.
Pengakuan eksistensi ini mengingatkan kita dengan perjanjian Hudaibiyah yang untuk pertama kali pihak Quraisy duduk sederajat dengan umat Islam untuk membicarakan gencatan senjata. Artinya, musuh yang selama ini memerangi umat Islam dan tidak mau pengakui eksistensinya secara de jure, mulai menuliskan eksistensinya di atas lembar perjanjian. Peristiwa ini disebut sebagai fath (kemenangan) oleh Al-Qur’an dengan turunnya surat Al-Fath menyusul peristiwa tersebut.
Akan dibukanya pembicaraan yang melibatkan dua entitas sosial yang bermusuhan (Taliban + Alqaeda Vs Amerika) bermakna pengakuan eksistensinya secara de jure. Apalagi didukung dengan pernyataan Obama bahwa Alqaeda adalah musuh Amerika. Lengkap sudah kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda dengan ijin Allah.
Menjadi Musuh Amerika yang Tidak Biasa
Sisi menarik dari Alqaeda adalah ia memposisikan diri sebagai musuh Amerika dengan kategori baru. Amerika mempersiapkan diri bertahun-tahun dengan dana nyaris tanpa batas untuk melawan musuh berwujud negara super power yang seimbang dengan dirinya. Inilah kategori tunggal calon musuh di mata Amerika. Oleh karenanya Amerika sibuk menciptakan senjata nuklir dan begitu takut negara lain memilikinya.
Teori kemengan satu-satunya adalah kemenangan teknologi militer. Dia yakin haqqul yaqin bahwa jika Amerika sekian langkah lebih unggul teknologi senjatanya dibanding negara lain, tak akan ada yang bisa mengalahkannya. Dahulu populer istilah perang bintang antara Amerika melawan Uni Sovyet. Konon katanya, tembakannya tidak lagi menggunakan peluru biasa, tapi sinar. Entahlah.
Tapi Alqaeda datang dengan kategori baru yang sama sekali tak diperhitungkan Amerika. Ia hanya sekumpulan anak kampung dan orang gunung yang mahir memainkan AK-47. Habitatnya adalah gunung-gunung terjal dan hutan belantara. Jumlahnya juga tak seberapa. Bukan negara. Tak memiliki dukungan ekonomi, politik dan teknoligi. Mereka hanya sekumpulan hamba Allah yang senjata utamanya adalah iman dan persaudaraan dalam Islam. Tapi memiliki tekad segarang singa. Belum pernah ada dalam teori pertempuran Amerika, sebuah jamaah kecil yang tak kasat mata akan menjadi musuh potensial. Kerangka teoritis untuk mengatasinya belum mereka temukan atau siapkan.
Dalam ilmu militer pertarungan semacam ini disebut sebagai pertempuran asimetris (gak nyambung). Amerika menginginkan musuhnya dalam kategori yang ia inginkan, tapi musuh berada pada kategori yang berbeda. Amerika membidik lurus ke depan, padahal Alqaeda berada di lobang persembunyian di bawah tanah. Amerika laksana petarung pakai pedang tapi dengan mata tertutup. Ia membabat ke kanan dan ke kiri tanpa tahu musuhnya dengan jelas. Akhirnya tenaganya terkuras dan sempoyongan.
Strategi Alqaeda ini membuat milyaran dolar kekayaan Amerika yang dibelanjakan untuk membuat senjata canggih menjadi terasa sia-sia. Karena yang dihadapi Amerika bukan semata pasukan tempur yang diorganisisr sebuah negara dan punya teritorial yang jelas, tapi kekuatan iman dan gagasan yang dengan cepat menyebar laksana virus, apalagi didukung berkembangnya internet. Alqaeda memang kecil jumlah personalnya, tapi ada di mana-mana.
Alqaeda Dipisahkan dari Umat Tapi Makin Mewakili Umat
Pernyataan Obama bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda dan bukan Islam atau umat Islam, pada sisi lain merupakan strategi untuk memisahkan Alqaeda dari umat Islam. Tapi makar ini lambat laun justru menjadi bumerang bagi Amerika.
Dengan kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda melawan super power yang arogan semacam Amerika, semua penduduk dunia yang punya pengalaman panjang dizalimi Amerika akan menjadikan Alqaeda sebagai hero. Apalagi umat Islam. Tentu saja dukungan akan terus mengalir, apalagi jika Alqaeda dengan akurat mewakili kegelisahan mereka.
Awalnya Obama, Amerika, Barat dan PBB masih agak rabun untuk membedakan warga Alqaeda dari kerumunan besar umat Islam. Tapi akhirnya mereka berhasil mendeteksi, ada sejumlah perbedaan dan ciri khas yang bisa dijadikan alat untuk membedakan Alqaeda dari umat Islam, meski jelas lebih banyak unsur persamaannya.
Untuk alasan strategi, Amerika saat ini fokus membidik yang punya genetik Alqaeda saja. Amerika akan menghadapi dilema rumit jika umat Islam dinyatakan sama dengan Alqaeda. Jumlahnya sudah terlalu besar, tak mungkin dilawan.
Dengan kemenangan Alqaeda, tinggal menunggu waktu bahwa umat Islam dunia akan merasa menjadi bagian dari Alqaeda. Jika terjadi perang, terminologi yang paling pas saat itu adalah Perang Salib, suatu istilah yang pagi-pagi sekali sudah dikumandangkan oleh George W. Bush meski diralat dengan setengah hati. Cepat atau lambat kalimat ini akan kembali populer jika Alqaeda berhasil mewarnai pemikiran umat Islam sehingga semuanya menjadi Alqaeda.
Saat ini, nyaris tak ada satupun negara yang berani mengklaim bersih dari benih-benih Alqaeda. Ini merupakan bentuk sunnatullah kemenangan Islam gaya baru, bahwa semangat jihad dan iman bisa ditranfer melalui jaringan internet laksana virus yang menular. Sesuatu yang tak pernah terpikir sebagai cara berkembangnya jihad di masa lalu. Bahkan bukan hanya semangat jihad yang bisa ditransfer, tapi juga manual teknis operasi jihad bisa diajarkan melalui internat, sehingga dunia menjadi majlis taklim besar bagi mujahidin dengan sarana internat. Secara fisik di goa, tapi majlis taklim maya dihadiri jutaan pemuda di seluruh dunia.
Amerika jelas makin mati gaya menghadapi kenyataan ini. Manusia Alqaeda ternyata sedang duduk di warnet mempelajari manual bombing atau sekedar ngulik berita jihad. Padahal Amerika belum pernah punya teori mengalahkan musuh seperti ini. Apalagi sekarang sudah meningkat dengan hadirnya akses internet via HP. Terasa sia-sia uang yang dibelanjakan Amerika untuk membuat bom atom jika musuhnya jamaah tak kasat mata seperti Alqaeda.
Berakhirnya Era Terorisme
Penegasan Obama ini juga menandai akan segera berakhirnya era penggunaan istilah teroris dan berobah menjadi Alqaeda. Istilah teroris sudah kehilangan bobot karena sudah lama dan harus diproduksi istilah baru. Ibarat barang dagangan, life cycle product-nya sudah habis. Apalagi ditimpa sikap ekstrim kaum Yahudi dan Nasrani, misalnya seruan pembakaran Al-Qur’an oleh pendeta Amerika, larangan menara masjid di Eropa dan larangan cadar di sana. Semua ini menyebabkan ekstrimisme bukan ciri khas teroris lagi, tapi juga disandang oleh mereka yang dikenal demokratis. Maka istilah teroris sudah kehilangan elan vital.
Era George W. Bush istilah yang sangat ampuh adalah istilah teroris. Tapi era Obama, dipersempit menjadi Alqaeda. Ini jelas sebuah penghargaan tinggi untuk Alqaeda. Kualitas manusia bisa dilihat dari kualitas musuhnya. Kalau musuhnya berkualitas, seseorang dinilai berkualitas. Jika rendahan, begitu pua kualitas seseorang. Sebab, syetan tak pernah salah memilih musuh.
Makanya selalu menarik menyaksikan pertarungan antara Alqaeda melawan Amerika, karena manusia selalu suka menyaksikan pertarungan yang awalnya tak berimbang tapi kemudian endingnya yang lemah menang. Penonton akan merasakan kepuasan yang luar biasa. Sebaliknya, musuh akan terhina sehina-hinanya. Diolok-olok, ditertawakan dan akan ditulis dalam buku sejarah sebagai sebuah pelajaran penting, bahwa ada imperium raksasa dengan segenap kepongahannya hancur lebur oleh musuh kerdil dengan keteguhan imannya. Kisah Daud as melawan Jalut terulang dalam bentuk imperium modern.
Jamaah, Solusi Kelemahan Umat
Mereka yang apriori terhadap konsep jamaah atau tandhim mesti membuka mata lebar-lebar. Bahwa yang mampu melawan Amerika adalah sebuah jamaah yang merupakan lembaga swadaya umat, sama sekali tak disponsori suatu negara, baik kafir atau muslim.
Pernyataan bahwa jamaah pasti melahirkan madharat, tak terbukti. Madharatnya, menurut mereka, karena tak ada jamaah yang tidak melahirkan ta’asshub (fanatisme kelompok). Oleh karena madharat jamaah bersifat melekat tak bisa dipisahkan, maka jamaah menjadi sesuatu yang ditolak secara asas oleh Islam. Bahkan kalangan tertentu menganggapnya sebagai bid’ah.
Kelemahan argumen ini terletak pada anggapan bahwa fanatisme kelompok merupakan dampak melekat dari jamaah. Seandainya kita menerima argumen ini, maka Rasulullah saw menjadi orang pertama yang terkena kritik, karena Rasulullah saw mengelola umat Islam saat itu dengan konsep jamaah. Rasulullah saw berposisi sebagai amir atau imam, dan para Sahabat sebagai anggota.
Kelemahan kedua, ukuran dan bentuk jamaah yang ditolak itu seperti apa tak bisa dijelaskan. Sebab, kehidupan manusia tak bisa lepas dari jamaah. Mengelola sepakbola saja menggunakan konsep jamaah. Semua lembaga yang memiliki pimpinan dan anggota pasti berpola jamaah. Ada komitmen-komitmen yang disepakati olah seluruh anggota.
Zaman modern seperti sekarang teori pengelolaan jamaah makin matang. Ribuan buku dan penelitian dihasilkan para pakar untuk merumuskan manajemen – aspek inti dari jamaah. Bahwa kekuatan ada dalam jamaah, dan kelemahan melekat pada individualisme.
Problem kita sejatinya hanya apakah kita mampu mengambil sisi kekuatan jamaah dan mengikis fanatisme yang ditimbulkan? Siapapun yang mampu melakukannya, maka berjamaah baginya menjadi kebutuhan, dan meninggalkannya menjadi awal kelemahan.
Jihad Mutlak Membutuhkan Jamaah yang Solid
Prestasi Al-Qaeda yang penting untuk dicatat adalah bahwa ia mampu menggabungkan jihad dengan jamaah. Kombinasi ini jarang yang mampu melakukannya. Jihad merupakan amal kolektif sebab musuh yang dihadapi juga kolektif. Titik kelemahan pelaksanaan jihad yang dilakukan umat Islam selama ini terletak pada kelemahan jamaah yang mendukungnya.
Jihad sangat bertumpu pada komitmen kelompok atau jamaah. Komitmen ini bahkan merupakan puncak kemampuan manusia dalam memberikannya. Sebagai contoh, jika ada seorang mujahid yang tertangkap musuh dan disiksa sedemikian rupa untuk membocorkan informasi teman-temannya (jamaahnya), ia harus kuat menanggungnya sehingga temannya tidak terkena bahaya dari musuh. Harga komitmen ini adalah kematian. Artinya, dalam menjaga rahasia temannya ia beresiko menghadapi kematian. Adakah komitmen sesama teman melebihi komitmen yang dibutuhkan ibadah jihad?
Inilah tantangannya. Untuk sukses, jihad harus dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki ikatan komitmen satu sama lain yang sangat kuat hingga nyawa menjadi taruhannya. Komitmen sekuat ini hanya bisa dihasilkan melalui konsep jamaah yang solid. Maka problem berikutnya adalah mengenyahkan dampak fanatisme yang ditimbulkan oleh jamaah.
Jika sebuah jamaah bisa menggabungkan komitmen kuat untuk al-haqq tapi tidak berdampak lahirnya fanatisme kelompok, maka jamaah semacam ini menjadi faktor kekuatan yang amat dahsyat. Negara sekuat Amerika saja tak mampu menjinakkannya. Inilah kelebihan Al-Qaeda yang tak dimiliki jamaah lain.
Jamaah itu rahmat. Jika membawa madharat pasti karena ada kekurangan yang mesti diperbaiki. Bisa jadi karena al-haqq yang dipedomani tidak sepenuhnya al-haqq, tapi masih bercampur dengan batil. Atau karena komitmen yang mengikat unsur jamaah bukan al-haqq, tapi sekedar fanatisme kelompok. Atau karena individu yang ada di dalamnya tidak patuh dengan perintah yang mesti ia lakukan sebagai bentuk komitmen mentaati amir dalam perkara yang makruf. Atau ada yang tergoda untuk berebut dunia dengan sesama anggota jamaah. Atau karena jamaah yang dibentuk hanya karena sakit hati sehingga mengumpulkan orang untuk membalas sakit hati tersebut.
Berjamaah, Langkah Paling Realistis Sebelum Berjihad
Banyak kalangan mengabaikan hubungan yang sangat kuat antara jihad dengan jamaah. Mereka menganggap jihad bisa saja sukses tanpa didukung jamaah yang kuat. Mereka tertipu, karena menganggap ibadah jihad sesederhana ibadah shalat, zakat atau haji yang bisa dilakukan dengan spontan dan tanpa persispan yang matang.
Jihad berbeda sekali. Ibadah ini selain realisasi pengabdian hamba kepada Allah, ia juga realisasi bara’ (kebencian dan permusuhan) hamba kepada musuh Allah, sekaligus refleksi wala’ (empati, persaudaraan dan pembelaan) hamba terhadap para kekasih Allah – umat Islam.
Oleh karenanya, mutlak dihajatkan persiapan yang matang agar tercapai ketiga agenda tersebut, bukan semata agenda pengabdian kepada Allah. Agenda mengalahkan musuh Allah dan agenda memastikan umat Islam terselamatkan dari kedurjanaan musuh-musuh Allah harus menjadi fokus juga.
Jika jihad dilakukan asal-asalan, agenda yang diraih hanya agenda pengabdian kepada Allah sebagai ibadah sebagaimana shalat dan haji. Dan salah satu yang terpenting agar tidak asal-asalan adalah berjamaah sebelum berjihad.
Dalam aktifitas berjamaah, seseorang akan merasakan gesekan antar anggota jamaah baik dalam persaudaraan atau pelaksanaan perintah bersama. Seseorang akan bertemu dengan berbagai karakter yang akan menguji ketahanan mentalnya dalam kehidupan berjamaah. Kadang tersandung pengkhianatan yang dilakukan sesama anggota jamaah. Kadang ada amanat yang tidak tertunaikan, baik oleh dirinya atau oleh anggota lain. Kadang ada perintah yang terasa berat, tapi dalam lingkup makruf sehingga harus tetap ditaati.
Semua ini adalah dinamika kehidupan berjamaah. Jika kita belum lulus dalam mengarungi kehidupan berjamaah, akan lebih sulit untuk menjadi mujahid yang baik dalam shaff jihad di medan tempur. Di sana juga ada dinamika kelemahan individu, kesalahan memahami komando, pengkhianatan, dan semua persoalan kolektif lain.
Maka pelajaran lain yang bisa kita petik dari Al-Qaeda adalah komitmen mereka dalam berjamaah. Jamaah yang menjadi ruang berkumpul para aktifis jihad, yang saling diikat komitmen bersama dan dipimpin oleh sistem kepemimpinan yang solid. Ikatan persaudaraannya adalah iman dan wala’ wal bara’.
Bila kita bisa mengambil pelajaran dari Al-Qaeda, tak harus menamakan kelompok kita dengan Al-Qaeda. Terutama pelajaran berjamaahnya. Apalagi untuk alam Indonesia yang tampaknya masih agak jauh dengan jihad musallah, pastikan kita gunakan waktu untuk belajar berjamaah dengan baik, agar kita bisa meresapi kehidupan kolektif yang sangat membantu kelak saat di medan jihad.
Selamat berjamaah sebelum berjihad !
(Tapi jamaah yang menjadikan al-haqq sebagai panglima, asyidda’ ‘alal kuffar, ruhama bainal muslimin, dan tidak menjadikan hujatan terhadap sesama muslim sebagai gaya hidup)
Ramadhan – Syawal 1431 ( September 2010)
Makkah, Jeddah, Jakarta.
Source : elhakimi.wordpress.com

Usamah bin Ladin, "Sang Mujahid" Pengguncang Tahta Fir’aun Abad Ini

M. Fachry
Sabtu, 27 Oktober 2007 06:58:00
Hits: 5016
Pegunungan Afghanistan. Seorang lelaki paruh baya nampak menuruni bebatuan terjal. Dengan menggunakan tongkat, pria bergamis coklat muda dengan rompi warna senada itu gesit dan cekatan memijakkan kaki di antara bebatuan. Wajah tirus dengan jenggot lebat dan balutan sorban putih di kepala itu terlihat semangat dan penuh perjuangan. Di bahunya selimut tebal, juga berwarna coklat bertengger menutupi senapan otomatis AK-47, dengan rompi penuh amunisi.

Foto Palsu Usamah bin Ladin


Fadly
Senin, 2 Mei 2011 20:46:29
Hits: 26913
beritakan t
(Arrahmah.com) – Setelah media heboh memerbunuhnya Syaikh Usamah bin Ladin (syahid, insya Allah), beredar foto yang dikatakan sebagai foto jenazah Osama bin Laden. Benarkah foto tersebut?
Menurut penelusuran Arrahmah.com, foto tersebut ternyata sudah lama beredar, dan sangat jelas terlihat palsunya. Foto tersebut sudah beredar sejak tahun 2009,

Serangan AS & Sekutu ke Libya: Perang Salib Baru


M. Fachry
Rabu, 30 Maret 2011 10:34:24
Hits: 4710
Serangan AS dan sekutunya ke Libya pada hakikatnya adalah Perang Salib Baru. Meski beralasan menjalankan resolusi PBB atas zona larangan terbang, AS dan sekutunya, terutama Inggris dan Perancis tidak dapat menyembunyikan kebenaran sesungguhnya bahwa serangan ke Libya adalah perang salib baru. Apa yang harus dilakukan umat Islam ?
Sepuluh tahun Perang Salib Baru
Ahad, 16 September 2001 bertepatan dengan 28/6/1422 Hijriyyah. Presiden AS kala itu, George Walker Bush menyatakan: This crusade, this war on terrorism, is going to take a long time. “Ini adalah perang salib. Ini adalah perang melawan terorisme yang akan memakan waktu lama.”
Robert Fisk, Jurnalis senior The Independent London & ahli masalah Timur Tengah mengomentari peryataan Bush kala itu : “Nampaknya Presiden Bush benar-benar yakin bahwa dia tengah memimpin Perang Salib. Beberapa hari yang lalu dia menggunakan istilah ini meskipun dia telah diingatkan.”
Syekh Usamah bin Ladin mengatakan : “Bukankah Bush telah mengatakan: Sesungguhnya perang ini adalah perang salib. Dan bukankah ia juga mengatakan: Sesungguhnya perang ini akan memakan waktu yang sangat lama dan menargetkan 60 negara. Bukankah negara-negara Islam itu kurang lebih 60 negara?”
Kurang lebih sepuluh tahun perang salib baru ini berlangsung, dipimpin oleh AS dan sekutu-sekutunya, koalisi yahudi dan nasrani beserta antek-anteknya di seluruh dunia dengan dalih perang melawan terorisme (war on terrorism). Sayangnya, umat Islam banyak yang tidak menyadari dan tidak faham harus bersikap apa. Mereka juga tidak mengerti hakikat perang salib baru tersebut hingga terjadinya serangan AS dan sekutunya ke Libya saat ini.
Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin menyamakan resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang membolehkan penyerangan atas Libya dengan perang salib pada abad pertengahan. Menurut Putin, meskipun Khaddafi, Presiden Libya, gagal menjalankan demokrasi tidak berarti itu menjadi justifikasi intervensi militer atas Libya. Hal ini disampaikan Putin saat berbicara dengan para pekerja di sebuah pabrik rudal Rusia (21/3/2011).
“(Resolusi) itu membolehkan segalanya. Itu serupa dengan seruan Perang Salib pada zaman pertengahan.”
Rusia sendiri yang memiliki hak veto di DK PBB memilih abstain dalam pemungutan suara saat itu yang akhirnya mengeluarkan resolusi yang mengesahkan zona larangan terbang serta semua tindakan lain yang diperlukan atas Libya.
Perang salib baru yang sudah sepuluh tahun berjalan akhirnya digelorakan kembali oleh pimpinannya saat ini, Barack “Fir’aun” Obama, dengan digelarnya operasi besar-besaran untuk membunuh umat Islam dan kaum Muslimin di Libya, dengan nama sandi operasi “Odyssey Dawn”.
Hakikat Perang Salib
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil dalam bukunya “Wajah Dunia Islam” menyatakan bahwa dinamakan perang salib karena tentara-tentara kristen menjadikan salib sebagai simbol obsesi suci mereka dan meletakkannya di pundak mereka masing-masing. Urbanus II, Paus pada masa itu, memasang salib di atas lengan para sukarelawan sebagai tanda bahwa perang ini adalah perang suci.
Istilah Crusader berasal dari bahasa latin crux  yang berarti kayu salib. Padanannya adalah shalibiyyun dari bahasa Arab shalib yang juga berarti kayu salib. Kedua istilah ini menunjukkan simbol Cross atau kayu salib yang mendasari perang salib yang kemudian dikenal dengan istilah Crusade.
Dr Muhammad Sayyid Al-Wakil mengatakan, penyebab utama meletusnya perang salib adalah kedengkian orang-orang kristen kepada Islam dan umat Islam karena umat Islam berhasil merebut wilayah-wilayah strategis yang tadinya mereka kuasai, membebaskan seorang budak yang mereka tawan dan mengambil kerajaan yang tadinya mereka genggam.
Carole Hillenbrand dalam “Perang Salib” mengatakan Perang Salib, menurut sudut pandang Barat, merupakan serangkaian operasi militer-paling sedikit terdiri atas delapan babak-yang didorong oleh keinginan kaum kristen Eropa untuk menjadikan tempat-tempat suci umat kristen dan terutama Yerusalem masuk ke dalam wilayah perlindungan mereka. Bagi pihak Barat, Perang Salib dimulai tahun 1095, ketika Paus Urbanus II menyerukan maklumat perang sucinya yang terkenal.
Sejak saat itu berlakulah perang salib yang berlangsung selama kira-kira dua abad (490 -669 H/1096 -1270 M). Kemenangan silih berganti antara kaum salib dan umat Islam. Pasukan salib pernah menulis surat kepada Paus mengucapkan selamat atas perbuatan mereka dan berkata : “Jika Paus ingin tahu apa yang kami lakukan terhadap musuh-musuh kami, maka percayalah bahwa di Haikal (istana) Sulaiman dan rumah ibadahnya kuda-kuda kami berjalan di lautan darah kaum Muslimin hingga sampai lututnya, demikian penuturan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah sebagaimana dikutip oleh Al Wakil.
Fakta-Fakta Perang Salib Baru
As Sahab Media, telah mengeluarkan video berjudul Results of 7 Years of The Crusade yang kemudian diterjemahkan oleh Al Fajr Media menjadi Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib. Dalam buku tersebut, Syekh Aiman Ash Zhawahiri mengatakan :
“Kami menghadapi perang salib dan para pemerintah murtad yang menjadi antek mereka. Perang salib ini menyerang agama, akhlak, kekayaan dan keberadaan kita. Jika kita tidak memahami fakta sederhana dan berbahaya ini, maka kita tidak bisa meningkatkan serangan sampai pada tingkatan yang semestinya untuk menghadapi perang salib yang akan datang yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Islam sebelumnya. Perang ini adalah perang yang kotor, yang menggunakan semua cara untuk melayani kekaisaran salibis dan yahudi penolong mereka. Dalam perang ini, semua cara dihalalkan, walaupun itu hal yang rendah, hina, keji. Bukan itu saja, bahkan mungkin mempublikasikannya atas nama agama, moral, kebebasan dan HAM.”
AS dan sekutu-sekutunya,terutama Inggris dan Perancis membombardir Libya dengan menggunakan tameng resolusi DK PBB. Selain itu, operasi Odyssey Dawn mengatasnamakan rakyat sipil Libya dan para “pejuang” yang anti rezim Khaddafi. Faktanya, serangan AS dan sekutunya membunuhi rakyat sipil, kaum Muslimin di Libya.
Diserangnya Libya oleh AS dan sekutunya memperluas peta perang salib baru. Sebelumnya, sejumlah negara-negara Islam telah menjadi sasaran nyata kebuasan perang salib baru, seperti Afghanistan, Iraq, Pakistan, Chechnya, Al Jazair, Palestina, dan Somalia. Negara-negara Muslim lainnya menyusul untuk dibombardir, sebagaimana ancaman Menteri Luar Negeri Perancis, Juppe Allen.
Perancis, negara sekutu dan anggota NATO ini merupakan negara terdepan dalam perang salib baru, setelah AS dan Inggris. Negara ini (Perancis) sudah terkenal kebenciannya kepada Islam dan kaum Muslimin. Undang-undang Perancis melarang kaum Muslimah di Perancis untuk mengenakan burqa (cadar).
Dalam sebuah konferensi pers, Kamis (24/3/2011), Juppe Allen, mengancam kaum Muslimin di Arab Saudi dan Suriah akan dibombardir dari udara sebagaimana Libya, lapor Al Jazeera. Allen mengatakan bahwa perang salib di Libya harus menjadi contoh bagi Arab Saudi, Suriah dan negara-negara lain. Ia menekankan bahwa serangan terhadap Libya bisa berlangsung selama berhari-hari, berminggu, tapi tidak berbulan-bulan.
Serangan AS dan sekutunya ke Libya, dan peryataan kementrian luar negeri Perancis, Juppe Allen menunjukkan aliansi pasukan perang salib baru telah mendeklarasikan perang salib baru secara massive dan mengancam siapapun untuk bersama mereka atau akan mereka perangi. Tidak ada lagi hukum internasional, PBB, Liga Arab, OKI, Non Blok, melainkan hanya ada aliansi pasukan perang salib baru di satu sisi, dan Islam serta kaum Muslimin di sisi yang lain.
Gulingkan Khaddafi, Tegakkan Syariat Islam
Tidak bisa dipungkiri, diantara gerakan-gerakan Islam di dunia yang mampu menggoncangkan dan menakutkan aliansi pasukan salib baru adalah Al Qaeda. Amerika sendiri mencap Al Qaeda sebagai organisasi teroris, karena Al Qaeda betul-betul mampu menghancurkan Amerika dan menebar teror di tengah-tengah rakyat Amerika yang saat ini sebagai satu-satunya negara super power dunia.
Syekh Usamah bin Ladin, pemimpin tertinggi Al Qaeda bersumpah : “Demi jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, yang mengangkat langit tanpa tiang. Sungguh, janganlah Amerika dan orang-orang yang berada di dalamnya bermimpi untuk hidup tenang hingga saudara-saudara kami yang berada di Palestina dapat hidup tenang.”
Apa yang harus dilakukan umat Islam menghadapi perang salib baru? Pimpinan Al Qaeda Libya, Syekh Abu Yahya Al-Libi menyerukan kepada umat Islam di Libya untuk menggulingkan rezim Khaddafi dan mendirikan pemerintahan Islam. Hal ini sebagaimana dilaporkan oleh Ummah News mengutip Associated Press.
Beliau mengatakan dalam video terbarunya bahwa setelah jatuhnya rezim di Tunisia dan Mesir, kini giliran Khaddafi yang harus turun, saat pejuang pemberontakan menekan hampir selama satu bulan untuk sebuah kampanye pengusiran Khaddafi.
Beliau menyebut pemerintah nasional otokratis Arab-musuh Islam-mempraktekkan jenis terburuk dari penindasan dengan dukungan Barat dan telah gagal mengambil pelajaran dari sejarah, ujarnya.
“Sekarang giliran Khadaffi  setelah ia membuat rakyat Libya menderita selama lebih dari 40 tahun,” lanjut Syekh Abu Yahya, menambahkan bahwa itu akan membuat malu rakyat Libya jika tiran diizinkan untuk mati secara damai.
Sebelumnya, Abdel Hakim al-Hasidi, pemimpin pemberontak Libya mengakui hubungannya dengan Al Qaeda. Beliau mengatakan jihadis yang berjuang melawan tentara sekutu di Irak berada di garis depan pertempuran melawan rezim murtad Muammad Khaddafi.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Italia Il Sole 24 Ore, al-Hasidi mengakui bahwa ia telah merekrut “sekitar 25″ orang-orang dari daerah Derna di Libya timur untuk memerangi pasukan koalisi di Irak. Beberapa dari mereka, katanya, adalah “hari ini di garis depan dalam Adjabiya”.
Dalam Fakta-Fakta Sewindu Perang Salib Baru, disebutkan bahwa perang melawan barat mengharuskan untuk perang melawan Negara murtad. DR. Abdullah An Nafisi menyebutkan: “Saya yakin bahwa rezim Saudi sekarang menjadi tongkat pemukul di tangan Amerika, tidak terkecuali. Ini bukan rezim sendiri, tapi ini kepanjangan tangan Amerika dalam menguasai Kawasan Teluk. Dan jika kita serang pengaruh Amerika dengan kekuatan, baik melalui perlawanan atau dengan cara yang mereka sebut “Teror”, maka saya yakin bahwa rezim ini akan segera jatuh.”
Syekh Abu Yahya Al-Liby mengatakan mengusir rezim Arab yang didukung Barat merupakan “satu langkah untuk mencapai setiap tujuan Muslim yang ingin membuat firman Allah sebagai yang tertinggi” dan mendirikan pemerintahan Islam. Beliau juga mendesak untuk tidak lagi melihat ke negara-negara Barat, tidak untuk mencari bantuan ke mereka dan pergi dengan cara sendiri. “Kita harus menyingkirkan rasa rendah diri kita dan membebaskan diri dari Barat,” tutupnya.
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry

International Jihad Analysis
Rabu, 25 Robi’ul Akhir 1432 H/30 Maret 2011 M
Ar Rahmah Media Network

Minggu, 01 Mei 2011

Mengenal Hamas dan faksi-faksi Perjuangan lainnya Palestina

Dikutip dari Era Muslim


The Palestinian Islamic Jihad
Harakat al-Jihad al-Islami fi Filastīn




Gerakan Jihad Islam adalah organisasi perlawanan dan perjuangan rakyat Palestina terhadap pendudukan Zionis Israel di Palestina. Jihad Islami sendiri secara resmi di 'vonis' sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat. Tujuan dari gerakan Jihad Islami adalah menghancurkan Zionis Israel, dan membentuk sebuah negara Islam palestina dibawah payung Syariah Islam.

Jihad Islami secara signifikan lebih kecil dari Hamas. Jihad Islami dibentuk di Jalur Gaza selama tahun 1970-an oleh Fathi Syaqaqi dan Abdul Aziz Al Awda sebagai cabang dari Jihad Islam Mesir, sebuah organisasi yang saat ini dipimpin oleh Muhammad Abdullah Ramadhan Shallah.
Berbeda dengan Hamas, Jihad Islami menolak untuk ikut dan berpartisipasi dalam Pemilu yang di adakan di Palestina. Secara ideologi perjuangan mereka lebih merujuk ke perjuangan Usama bin Laden dengan Al-Qaida nya.

Seperti halnya Hamas, Jihad Islami juga memiliki sayap militer yang dinamakan Brigade Al-Quds. Sayap militer Jihad Islami telah menyatakan bertanggung jawab atas berbagai serangan serangan di Israel, termasuk serangan “bom syahid” ke wilayah Israel.
Brigade Al-Quds telah memiliki kemampuan mengembangkan peralatan tempur dan juga proyektil bom yang sama persis dengan roket Katyusha yang dimiliki oleh Hizbullah Libanon.



The Popular Resistance Committees
Lijan Muqawwamah Sya'biyyah

Komite Perlawanan Rakyat adalah organisasi perlawanan rakyat Palestina yang beroperasi di Jalur Gaza dan juga dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan Amerika Serikat.
Organisasi ini didirikan pada bulan september tahun 2000 oleh Jamal Abu Samhadana - yang telah syahid pada tanggal 8 Juni 2006, sewaktu serangan udara Zionis Israel bersama dengan tiga anggota KPR lainnya.

KPR berisi mantan-mantan pejuang Fatah dan brigade martir al-aqsa. Sayap militer organisasi ini bernama Brigade Nashir Shalahuddin, sebagai simbol perlawanan mengikuti jejak dari Shalahuddin Al-Ayyubi.
Brigade Nashir Shalahuddin mempunyai spesialisasi menanam bom pinggir jalan untuk menyerang konvoi militer Israel di jalur Gaza. Pada bulan Maret 2008, KPR meledakkan bom pinggir jalan dan berhasil membunuh seorang pejabat militer Israel melukai tiga orang serta satu orang kritis.




Harakat at-Tahrir al-Wathani al-Filasthini (Fatah)
Gerakan Nasional Pembebasan Palestina, adalah sebuah partai politik di Palestina yang didirikan pada tahun 1958. Partai ini memiliki tujuan untuk mendirikan negara Palestina di daerah yang sedang menjadi tempat konflik Israel dan Palestina. Fatah sebenarnya secara teknis bukan merupakan partai politik, namun adalah faksi terbesar dalam PLO, sebuah konfederasi multipartai.


Fatah didirikan pada tahun 1958 atau 1959 oleh sekelompok warga Palestina yang menempuh pendidikan di Kairo, Mesir; salah satunya Yasser Arafat. Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Fatah muncul sebagai kekuatan yang dominan dalam dunia politik di Palestina. Pada akhir 1960-an, Fatah bergabung dengan PLO dan pada tahun 1969 menjadi pemimpin dalam PLO. Sejak saat itu, Arafat menjadi pemimpin PLO dan Fatah hingga meninggal dunia pada tahun 2004. Kelompok ini terlibat konflik dengan Hamas setelah kemenangan Hamas pada Pemilu parlemen tahun 2006 lalu di Palestina.

Organisasi perjuangan ini berhaluan nasionalis – sekuler. Para pejabatnya banyak yang korup dan perjuangan organisasi ini lebih banyak menggunakan cara-cara 'persuasif'. Ini di tandai dengan bersedianya Fatah menjalin komunikasi dan berdamai serta mengakui Israel. Saat ini Fatah dipimpin oleh Mahmud Abbas – sama seperti pendahulunya Yaser Arafat, Abbas juga 'lunak' terhadap Israel.

Fatah memiliki sayap militer bernama Brigade Martyr Al-Aqsha yang merupakan koalisi para pejuang yang seideologi dengan Fatah di West Bank.
Pada waktu agresi militer Israel ke Gaza, Brigade martyr Al-Aqsha turut berjuang dan melawan Israel dan menurut informasi mereka juga bergabung dalam barisan pejuang-pejuang Palestina di Gaza. Dan hal ini cukup mengejutkan, karena dari pimpinan Fatah sendiri mengecam serangan-serangan ke Israel.


Popular Front for the Liberation of Palestine (PLO)
Al-Jabhah Al-Sha `biyyah li-Tahrir Filasṭīn

Front Rakyat Untuk Pembebasan Palestina atau adalah organisasi berideologi Marxist-Leninist, sekuler, nasionalis dan merupakan organisasi politik yang juga bersifat kemiliteran, didirikan pada 1967 .

FRPP sebagai kelompok 'kiri' Palestina - mengambil sikap garis keras dan menentang sikap moderat yang dilakukan oleh Fatah.


Tetapi di tahun 1999, kelompok ini datang untuk membuat kesepakatan dengan kepemimpinan PLO mengenai perundingan dengan Israel. Sayap militer kelompok ini bernama Brigade Abu Ali Mustapha .

Democratic Front for the Liberation of Palestine
Al-Jabha al-Dimuqratiya Li-Tahrir Filastin


Front Demokrasi untuk Pembebasan Palestina adalah organisasi politik dan militer Palestina yang berideologi Marxist-Leninist, dan sekuler. Kelompok ini termasuk bagian dari dari PLO.

Hukum Memelihara Binatang:

Beliau Ditanya : Apa hukum orang yang mengumpulkan burung-burung dan meletakannya di dalam kandang agar anak-anaknya dapat bermain-main dengannya ?

Maka beliau menjawab : “Tidak ada yang salah dengan hal itu,apabila dia menyiapkan untuknya dari perkara-perkara yang harus (diberikan) dari makanan dan minuman. karena sesungguhnya hukum asal di dalam perkara yang semisal ini adalah halal. dan tidak ada dalil yang menyelisihi (hukum asal) sepengetahuan kami. Wallahu waliyu Taufiq

Sumber : Fatwa Ulama Baladil Harom Hal. 1793

Akan tetapi di fatwa yang lain beliau menambah satu syarat :

“apabila tidak menganggu siapa-siapa, tidak mengganggu tetangganya ataupun selain mereka”